KAYONG UTARA - Pemerintah saat ini tengah mengembangkan program tol laut untuk memudahkan mobilisasi barang dan manusia lintas pulau. Namun, program ini belum sepenuhnya berjalan dengan lancar akibat ketimpangan proses pengiriman barang.
Menurut Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan Sugihardjo, saat ini masih terdapat ketimpangan persentase pengiriman barang lintas pulau. Khusunya untuk pengiriman barang ke Indonesia Timur, jumlah barang angkut yang kembali ke pelabuhan awal menyusur hingga 90 persen.
"Kita tidak imbang. Diangkut 80 persen kembalinya hanya 10 persen," jelas Sugihardjo di Pelabuhan Sukadana, Sabtu (21/5/2016).
[Baca juga: Jokowi Komit Jadikan Indonesia Poros Maritim Dunia]
Hal inilah yang menyebabkan biaya logistik di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan dengan biaya logistik pada pengiriman barang ke luar negeri. Pasalnya, untuk biaya pengiriman barang hingga ke luar negeri selalu seimbang antara barang yang di ekspor dan impor.
Bahkan, kata Sugihardjo, biaya pengiriman barang dari Jakarta menuju daerah seperti Padang jauh lebih tinggi dibandingkan pengiriman barang hingga ke China.
"Tanjung Priok ke China dan Jepang lebih murah dari pada ke Padang. Karena dalam pelabuhan semakin besar yang diangkut semakin murah biayanya," tukasnya.
Sekadar informasi, tahun ini Kementerian Perhubungan telah menyelesaikan pembangunan sebanyak 91 pelabuhan. Pelabuhan ini merupakan penunjang program tol laut yang terdiri dari 80 pelabuhan di Indonesia bagian barat dan 11 pelabuhan di Indonesia bagian timur.
(Widi Agustian)