JAKARTA - Rupiah saat ini tengah menguat terhadap Solar Amerika Serikat (USD). Bahkan, Rupiah berhasil menyentuh angka Rp12.900 per USD setelah cukup lama berada pada level di atas Rp13.000an per USD.
Direktur Utama Bursa Efek (BEI) Tito Sulistio mengatakan, kenaikan nilai tukar ini disebabkan karena program tax amnesty banyak diminati oleh kalangan pengusaha. Akibatnya, cadangan devisa meningkat sehingga Rupiah berhasil menguat terhadap USD.
Namun, menurut Tito belum dapat dipastikan apakah Rupiah berhasil menguat terhadap USD hingga menyentuh level Rp12.500 per USD. Pasalnya, cukup banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam jangka pendek maupun jangka menengah.
"Karena ada banyak faktor politik, faktor sosial tapi secara teknik memang masuknya dana kan utang swasta utang negara. Jadi ini swasta jadi tambah kaya nih duitnya jadi negara tambah kaya," kata Tito di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, Selasa (28/9/2016) malam.
"Tata kelola managemen fiskal membaik terus ada tren penurunan daripada negatif paper, devisa naik. Kalau cadangan devisa naik investasi naik pasar modal naik nah itu sampai Rupiah menguat. Tapi enggak tahu bisa sampai Rp12.500 atau enggak," imbuhnya.
Tito pun optimis akan terdapat dana segar yang masuk ke pasar modal melalui tax amnesty dapat mencapai Rp5 triliun. Namun, menurut Tito besarnya arus modal yang masuk ke pasar modal tidak secara langsung mempengaruhi nilai tukar Rupiah.
"Enggak ada hubungannya. Karena melihat indeks tidak bisa harian tren kita trenny 18 persen terbesar di dunia naiknya sampai detik ini," imbuhnya.
Namun, Tito mengakui bahwa banyak investor yang menjual saham untuk tambahan dana dalam mengikuti program tax amnesty. Hal ini sedikitnya juga mempengaruhi IHSG dan nilai tukar Rupiah.
"Dampaknya laporan keungan membaik, aktivitas dana membaik, asing melihat membaik ini total. Bagaimana dana pensiun juga membaik," ungkap Tito.
Tito pun tak khawatir penguatan nilai tukar Rupiah ini apabila hanya bersifat sementara. Sebab, fluktuasi ini sudah cukup sering terjadi dan cukup dapat dipahami oleh investor.
"Enggak juga, kalau dana ditarik Rp72 triliun dan pasar modal menipis, tapi kan dengan masuk tax amnesty balik lagi," tutupnya.
(Dani Jumadil Akhir)