Di Jamu Iboe, setiap tahun kinerja penjualannya tumbuh di bawah 10%. Namun begitu, perusahaan yang berdiri sejak 1910 itu berupaya meningkatkan konsumsi jamu di masyarakat. Tahun ini, Jamu Iboe menargetkan pertumbuhan sebesar 40% dengan mengandalkan penetrasi minuman kesehatan.
Saat ini, kontribusi minuman kesehatan dari total penjualan baru sekitar 25%. Mayoritas penjualan masih ditopang dari jamu tradisional sekitar 55%. “Pasar kami 70% masih di Pulau Jawa. Sisanya 30% menyebar, seperti di Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua,” tandas Stephen.
Product Group Manager PT Jamu Iboe Jaya Perry Anglishartono menambahkan, maraknya kampanye back to nature mendorong pertumbuhan industri jamu, khususnya berbahan baku herbal.
Saat ini, masyarakat sudah mengarah pada gaya hidup sehat. Jadi, minuman dengan bahan baku herbal menjadi pilihan. “Peminum jamu saat ini mayoritas masih orang tua. Kami berupaya agar generasi muda juga gemar minum jamu. Untuk itu, kami juga mengeluar produk dengan kemasan yang khusus buat kaum muda,” imbuhnya.
Di sisi lain, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk juga gencar memproduksi jamu berbahan herbal. Selain karena tuntutan masyarakat akan gaya hidup sehat, bahan baku herbal untuk jamu juga mudah ditemukan di Indonesia. Tak hanya Jamu Iboe, Sido Muncul juga mulai menyasar segmen anak muda.
(Dani Jumadil Akhir)