TREN BISNIS: Transisi Menuju Mobil Listrik hingga Akselerasi Ekonomi lewat Revolusi Digital

Donald Banjarnahor, Jurnalis
Kamis 10 Agustus 2017 06:27 WIB
Foto: Okezone
Share :

JAKARTA - Artis cantik Raline Shah ditunjuk sebagai komisaris independen oleh AirAsia Indonesia. Penunjukan Raline tersebut bersamaan dengan rencana maskapai untuk melakukan initial public offering (IPO) atau pencatatan saham perdana. Lantas apakah penunjukan Raline Shah ke dalam jajaran direksi akan memengaruhi rencana perusahaan untuk IPO?

Sementara itu, Presiden Direktur PT Astra Internasional Tbk Prijono Sugiarto memiliki pandangan yang berbeda mengenai pengembangan teknologi mobil listrik yang ditargetkan pemerintah dapat diproduksi massal pada 2020. Menurutnya, penerapan teknologi mobil listrik memerlukan tahapan, tidak serta-merta masyarakat beralih dari mobil beremisi bahan bakar minyak (BBM) ke mobil berteknologi listrik. Sebelum mengembangkan teknologi mobil listrik, perlu adanya penjajakan ke mobil hybrid.

Selanjutnya, Bank Indonesia (BI) menggelar seminar nasional big data dengan tema ‘Globalisasi Digital Optimalisasi Pemanfaatan Big Data untuk Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi’. Tujuan seminar ialah menciptakan big data yang cepat dan lengkap di dalam era digitalisasi. Melalui penciptaan big data ini, BI meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan mampu mencapai angka 7%.

Ketiga berita tersebut, menjadi berita-berita yang banyak menarik minat para pembaca di kanal bisnis Okezone.com. Untuk itu, berita-berita tersebut kembali disajikan secara lengkap.

Raline Shah Jadi Komisaris AirAsia, Bagaimana Rencana IPO?

Artis cantik Raline Shah ditunjuk sebagai komisaris independen oleh AirAsia Indonesia. Penunjukan Raline tersebut bersamaan dengan rencana maskapai untuk melakukan initial public offering (IPO) atau pencatatan saham perdana.

Lantas apakah penunjukan Raline Shah ke dalam jajaran direksi akan memengaruhi rencana perusahaan untuk IPO?

Baca juga: Jadi Komisaris AirAsia, Raline Shah: Saya Tidak Sabar Bawa Perspektif Baru dalam Bisnis Perusahaan

Analis Senior dari Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan penunjukan Raline Shah tidak akan berpengaruh terhadap rencana perusahaan yang akan IPO. Menurutnya, yang harus dilakukan perusahaan adalah memperbaiki laporan keuangan.

Baca juga: Raline Shah Jadi Komisaris Independen AirAsia Indonesia, Ini Tujuannya!

"Kalau IPO yang dibenerin laporan keuangannya, jadi enggak ada hubungannya sama Raline," jelasnya kepada Okezone, Rabu (9/8/2017).

Baca juga: Tony Fernandes Pilih Raline Shah Jadi Komisaris AirAsia Indonesia, Ini Alasannya!

Menurutnya, jika ingin menarik perhatian jelang IPO, perusahaan seharusnya melakukan dividen. Namun, hal tersebut akan menarik jika dilihat dari perspektif promosi.

"Itu buat promosi perjalanan, bukan IPO. Jika perspektif dari sisi promosi, nah, dengan promosi itu diharapkan menarik orang untuk naik AirAsia sehingga tingkat penumpang meningkat. Kalau IPO pakai dividen lebih menarik," kata Reza.

Ciptakan Mobil Listrik, Presdir Astra: Perlu Mobil Hybrid Dulu

Pemerintah optimis sumber daya manusia Indonesia siap untuk  mengembangkan teknologi mobil listrik. Ditargetkan pada 2020 mobil listrik karya anak bangsa dapat diproduksi massal. 

Namun, Presiden Direktur Astra Internasional Tbk Prijono Sugiarto memiliki pandangan yang berbeda. Menurutnya, penerapan teknologi mobil listrik memerlukan tahapan, tidak serta-merta masyarakat beralih dari mobil beremisi bahan bakar minyak (BBM) ke mobil berteknologi listrik. 

Sebelum mengembangkan teknologi mobil listrik, perlu adanya penjajakan ke mobil hybrid

"Menurut hemat saya akan ada jenjang dan itu saya sudah tanyakan ke principal. Jadi akan ada istilahnya kalau ke Bogor lewat Jagorawi dulu lah," ujarnya di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (9/8/2017). 

Baca Juga:

"Jadi kalau mau ke listrik tulen. Saya rasa ke hybrid dulu baru listrik. Jadi itu jenjangnya," imbuh dia. 

Pendapat tersebut, kata Prijono, bukan hasil pemikirannya sendiri. Sebagai nakhoda perusahaan produsen automotif raksasa di Indonesia, dia telah duduk bersama dengan  Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) untuk membicarakan perkembangan mobil listrik. 

Menurutnya, pemerintah juga perlu berkomunikasi dengan perusahaan sektor automotif serta Gaikindo sebelum melahirkan kebijakan mutlak. 

Baca Juga:

"Mobil listrik menurut kami dari kawan-kawan dan partner principal kami mereka selalu mengatakan ada jenjang antara mobil dengan perapian konvensional, combation engine akan masuk ke hybrid baru masuk ke mobil listrik," ujarnya. 

Mobil hybrid sendiri adalah mobil dengan dua jenis teknologi untuk sumber tenaganya. Sehingga untuk memacu mesin kendaraan dapat menggunakan bensin dan baterai.

Sekadar informasi, selain penyiapan regulasi, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi telah membentuk tim untuk mengembangkan kendaraan hemat energi tersebut.

Ditargetkan pada 2020, mobil listrik karya anak bangsa dapat diproduksi massal. Tim terdiri atas Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) serta empat perguruan tinggi negeri yakni Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Negeri Sebelas Maret, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. 

Kemenristekdikti optimistis tim mampu merealisasikan terobosan besar dalam dunia transportasi Tanah Air itu.

Manfaatkan Revolusi Digital, BI Yakin Ekonomi RI Bisa Tembus 7%

Bank Indonesia (BI) menggelar seminar nasional big data dengan tema ‘Globalisasi Digital Optimalisasi Pemanfaatan Big Data untuk Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi’. Tujuan seminar ialah menciptakan big data yang cepat dan lengkap di dalam era digitalisasi.

Melalui penciptaan big data ini, BI meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan mampu mencapai angka 7%.

Baca juga: Lewat Big Data, BI Bisa Cek Lowongan Kerja dan Tren Harga Properti

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan secara umum ada tiga tantangan utama yang dihadapi dalam pemanfaatan big data. Pertama, ketersediaan dan akses terhadap sumber data menjadi real time dan merupakan basis perumusan kebijakan situasi terkini.

Aksesibilitas data, sambung Agus, sering berbenturan dengan aspek kerahasiaan data. Oleh karena itu, perlu dibangun sebuah mekanisme yang dapat menjembatani pemilik data agar bersedia untuk sharing data tanpa menimbulkan kekuatan akan aspek kerahasiaannya.

Baca juga: CANGGIH! Big Data BI Bisa Deteksi Dini Capital Outflow

Tantangan kedua adalah kualitas data. Salah satu karakteristik big data yaitu veracity (keyakinan akan kebenaran data) mengingat informasi yang terkandung dalam big data adalah data mentah yang masih banyak mengandung noise. Proses data cleansing dengan demikian menjadi hal kritis guna memastikan data yang diperoleh bernilai untuk dianalisis lebih lanjut. Tantangan selanjutnya adalah keterbatasan SDM dengan kualifikasi data scientist.

"Revolusi digital ternyata belum diimbangi dengan kecukupan keluaran perguruan tinggi yang memiliki keahlian memproses big data. Untuk itu diperlukan kolaborasi erat dengan dunia akademisi agar kapabilitas big data dapat juga dibangun secara bertahap," ujarnya di kantor BI, Jakarta, Rabu (9/8/2017).

Menurut dia, jika tantangan dalam revolusi digital bisa diselesaikan dengan baik, dampaknya besar pada perekonomian.

Baca juga: Tak Lagi Andalkan Survei, BI Cari Alternatif Data dari Medsos hingga E-Commerce

"Kami meyakini bahwa revolusi digital yang tengah berlangsung ini apabila dapat dimanfaatkan dengan baik akan mampu membawa Indonesia pada lintasan pertumbuhan ekonomi sekira 7% per tahun," ujarnya.

World Bank, lanjut Agus, menggambarkan hal ini dengan menggunakan terminologi digital dividen, di mana digitalisasi perekonomian diyakini mampu memberikan terobosan dalam bentuk peningkatan efisiensi di berbagai sektor ekonomi yang lahir dari target maupun keputusan-keputusan bisnis yang lebih akurat guna mendorong terciptanya inovasi-inovasi baru.

(Donald Banjarnahor)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya