"Kita mendesain bahwa APBN tidak menjadi shock, jadi memang defisit makin kecil tapi tidak dihilangkan, membuat ekonomi menjadi shock kalau langsung mengerem, kita tetap menjaga momentum ekonominya, tapi apakah APBN bahaya tidak juga, jika kita bandingkan dengan negara lain," imbuhnya.
Sementara itu, yang juga menjadi tantangan RI adalah target penerimaan pajak yang saat ini dikumpulkan 10,8% dari GDP dalam bentuk penerimaan pajak.
"Sekarang melakukan reform pajak, dan kita lihat saya belajar semua expert masalah pajak itu bagaimana, kita dengarkan keluhan mereka, menaikan penerimaan pajak tanpa membuat masyarakat diintimidasi, tapi negara yang tidak mampu mengumpulkan pajak maka tidak bisa disebut sebagai negara hadir, hadir itu tidak cuma datang contreng lalu absen, hadir itu memberikan solusi," tukasnya.
(Fakhri Rezy)