Semester I, Ekspor Minyak Sawit ke Uni Eropa Tumbuh 42%

Koran SINDO, Jurnalis
Senin 28 Agustus 2017 11:54 WIB
Ilustrasi: reuters
Share :

JAKARTA – Kendati mendapat penolakan, ekspor minyak sawit ke negara-negara Uni Eropa (UE) pada paruh pertama tahun ini malah mencatatkan kenaikan yang signifikan. Kinerja ekspor minyak sawit yang terdiri dari crude palm oil (CPO), palm kernel oil (PKO) dan turunannya ke Benua Biru selama semester I/2017 mencapai 2,7 juta ton naik sekitar 42% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu sebesar 1,9 juta ton.

“Kenaikan itu cukup signifikan, mengingat Eropa melancarkan hambatan dagang dengan menerbitkan resolusi Parlemen Eropa Maret lalu,” ujar Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil Hasan dalam keterangan tertulis.

Baca juga: Mantap! Ekspor Sawit Indonesia Meroket 25% di Semester I

Tak hanya Eropa, Gapki mencatat kinerja ekspor pada semester I/2017 secara umum tumbuh positif. Volume ekspor minyak sawit nasional pada semester I/2017 mencapai 16,6 juta ton atau naik 25% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu sebesar 12,5 juta ton.

Ekspor ke negara-negara tujuan utama juga tumbuh positif kecuali Pakistan. Ekspor semester I ke Pakistan tercatat turun 5% dibandingkan periode yang sama tahun 2016 dari 1,1 juta ton pada 2016 menjadi 1,05 juta ton tahun ini.

Baca Juga: Ke Rusia, Mendag 'Muluskan' Penjualan Sawit Indonesia 90.000 Ton/Bulan

Namun, volume ekspor minyak sawit Indonesia ke India pada semester I/2017 tumbuh cukup signifikan, yaitu naik 43% dibandingkan periode yang sama tahun lalu dari 2,6 juta ton menjadi 3,8 juta ton. Kenaikan ekspor juga terjadi di pasar negara-negara Afrika sebesar 36,5%, Bangladesh 29%, Amerika Serikat 27%, dan China 18%.

Baca juga: Simak! Kelapa Sawit Jadi Pembahasan Hangat Antara Jokowi dengan Menlu Malaysia

Di bagian lain, Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan, Indonesia dan Malaysia siap bersinergi memenuhi kebutuhan minyak sawit untuk mendukung kebijakan Pemerintah China menerapkan program biodiesel campuran 5% dengan solar atau B5.

“Kami sepakat bersamasama mendorong agar China bisa menggunakan B5 sehingga mengurangi trade deficit dengan Indonesia dan Malaysia sekaligus sebagai energi yang ramah lingkungan,” ujar Airlangga, pekan lalu.

(Rizkie Fauzian)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya