JAKARTA - Pelopor ritel fashion Tanah Air, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) terpaksa menutup dua gerainya di Jakarta, yakni di Pasaraya Blok M dan Pasaraya Manggarai. Keputusan ini dilakukan perseroan untuk melakukan efisiensi, lantaran dua gerai tersebut sepi pengunjung, sehingga dinilai menjadi beban operasional perseroan.
Menurut Analis Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih, dari sisi kinerja saham LPPF sudah mengalami tren penurunan sejak tahun lalu. Pada penutupang perdangan tahun lalu, saham LPP masih bertengger di level Rp15.125. Namun pada penutupan perdagangan kemarin saham LPPF berada di level Rp10.200. Saham LPPF pada perdangan hari ini pun terus bergerak turun.
Baca Juga: Pasca-Cuci Gudang, Saham Matahari Ikut 'Kena Diskon' hingga 4%
Dia menjelaskan, secara tenikal saham LPPF dapat terkerek apabila tembus level Rp10.400, jika tembus level tersebut, LPPF mungkin bisa kembali ke kisaran Rp12.000-Rp13.000. Namun, apabila level harga tersebut tidak terjadi, maka LPPF bisa melemah di support pertama yakni Rp9.200 dan support kedua Rp8.150.
"Trennya memang turun, sebenarnya turun sudah dari tahun lalu 2016. Jadi kenaikan kenaikannya sifatnya masih jangka pendek. Tapi itu pun long termnya masih bisa turun," kata dia saat dihubungi Okezone.
Baca Juga: Matahari Pasar Raya Blok M Ditutup, Karyawan: Kalau Belum Ada Tempat Ya Dirumahkan
Sementara dari sisi kinerja keuangan, Muhammad menilai, LPPF masih dibebani sentimen negatif dari penurunan daya beli masyarakat dan maraknya toko online. Dua sentimen tersebut, dikatakan Muhammad menjadi beban dan tantangan bagi LPPF. "Penutupan toko berarti melakukan penghematan. Cuman apakah itu akan muncul pembelian, itu masih jadi pertanyaan," kata dia.
Sebagai catatan, di tengah gempuran penurunan daya beli dan kemunculan toko online, pada semester I, LPPFmencatat kenaikan laba bersih 15,6% menjadi Rp1,338 triliun, dibanding Rp 1,157 triliun periode sama tahun lalu.
Baca Juga: Diskon 75%, Matahari Blok M Jadi Gerah dan Padat bak Pasar Tradisional
Pencapaian laba ini didukung salah satunya dari kenaikan pendapatan bersih mencapai Rp 5,737 triliun atau meningkat 10,8% dibanding Rp5,180 triliun pada semester I tahun lalu. Sementara itu, perseroan berhasil mencapai same store sales growth (SSSG) sebesar 8% pada semester I 2017.
(Martin Bagya Kertiyasa)