"Saya khawatirkan kalau ini terburu-buru ini akan menimbulkan distrust diantara manejerial di anak-anak usahanya itu. Yang kedua, transisinya ini itu akan mendapatkan penolakan banyak sekali dari pekerja karena dikhawatirkan terjadinya rasionalisasi," ujar Bhima di Kantor Lembaga Administrasi Negara, Jakarta, Rabu (6/12/2017).
Pasalnya dalam masa transisi holding BUMN, kata Bhima, akan memakan energi yang begitu besar yang berdampak pada fokus perusahaan mengerjakan koorporasinya.
"Karena dia (perusahaan) sibuk menggabungkan diri, manajerialnya berubah dan segala macam jadi tidak fokus," tambahnya.
Selanjutnya, menurut ia tak ada jaminan setelah terbentuk kinerja Holding BUMN akan lebih baik. Ia mengatakan, kinerja baik ini tak dapat dilihat dari total aset dan ekuitas, pasalnya penggabungan memang akan menambah total aset dan ekuitas. Ia pun mencontohkan seperti yang baru dilakukan yakni Holding Pertambangan yang menurutnya perlu dipertanyakan kinerjanya pasca terbentuk.
"Jangan ngomongin aset, jangan ngomongin ekuitas, karena yang namanya ekuitas dan aset dari 4 perusahaan dijadiin satu pasti otomatis jadi gede. Tapi sampai sekarang belum ada jaminan return-nya atau profitnya bisa naik berapa persen, itu yang belum ada," ungkapnya.