Menakar Kekuatan IHSG Mengarungi Tahun Politik 2018

Ulfa Arieza, Jurnalis
Senin 08 Januari 2018 05:33 WIB
Ilustrasi IHSG. (Foto: Shutterstock)
Share :

JAKARTA - Pasar modal Indonesia berhasil menutup tahun 2017 dengan catatan apik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memetik hasil kinerjanya selama 25 tahun berdiri dengan memecahkan rekor level tertinggi serta meningkatkan nilai transaksi. Torehan prestasi gemilang IHSG, tersebut tidak mudah tercapai jika tidak ditopang bermacam-macam sentiment postif.

Sentimen pertama yang membantu IHSG menguat adalah pengakuan investment grade dari lembaga pemeringkat internasional Standart & Poo (S&P). Afirmasi ini lantas membuat IHSG melonjak ke level 5.800, yang merupakan level tertingginya kala itu.

IHSG baru mencapai target ketika Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) akhirnya menyetujui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2018 yang dikombinasikan dengan laporan keuangan emiten yang gemilang, bahkan melebihi ekspektasi.

IHSG pertama kali menyentuh level 6.000 pada tanggal pada 25 Oktober 2017. IHSG mampu ditutup menembus 6.025. Stabilnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat sebesar Rp13.570 per USD, serta terjaganya laju inflasi domestik di bawah 4% per September 2017 berkontribusi terhadap meningkatnya kepercayaan investor domestik terhadap perekonomian, khususnya pasar modal Indonesia.

Selain itu, positifnya kinerja perusahaan tercatat di kuartal ketiga turut menjadi salah satu faktor penguatan IHSG hingga menembus 6.000 poin. Perlahan tapi pasti, IHSG mulai meninggalkan level 5.000 dan bertengger di level psikologis 6.000.

Mendekati penutupan perdagangan akhir tahun, laju IHSG makin agresif. Pada penutupan perdagangan 2017, IHSG kembali mencetak rekor dengan naik 41,61 poin atau 0,66% ke 6.355,65. Penutupan perdagangan dihadiri langsung oleh Presiden Joko Widodo

Pertanyaannya kemudian adalah, akankah prestasi gemilang pasar modal sepanjang 2017 dapat terulang di 2018? Pasalnya, tahun 2018 adalah tahun yang penuh tantangan, di mana bakal ada perhelatan besar bertaraf nasional maupun internasional.

Indonesia akan memasuki tahun politik, karena pada tahun 2018 akan diselenggarakan 171 pilkada serentak di berbagai daerah. Tahun politik akan berlanjut pada 2019 dengan diselengarakannya pemilihan Presiden Umum (Pemilu).

Pilkada serentak tidak bisa dianggap remah, karena beberapa provinsi yang menyelenggarakan pilkada merupakan wilayah mesin pendorong perekonomian nasional, misalnya, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Bali.

Selain sentimen tahun politik, Indonesia juga didaulat menjadi tuan rumah ASIAN Games dan Asian Para Games 2018. Asian Games akan digelar pada bulan Agustus 2018 bertempat di Jakarta dan Palembang. Kurang lebih satu setengan bulan kemudian Indonesia juga akan kedatangan atlet dari penjuru Asia lewat Asian Para Games yang diadakan pada 8-16 Oktober 2018.

Pemerintah telah mempersiapkan infratsruktur yang memadai untuk ajang tersebut antara lain perbaikan venue Gelora Bung Karno (GBK) serta pembangunan fasilitas light rail transit (LRT) Palembang untuk memudahkan mobilisasi selama Asian Games 2018 berlangsung.

Masih di 2018, Indonesia akan menjadi tuan rumah Pertemuan Tahunan atau Annual Meetings International Monetary Fund- Word Bank Group" (IMF-WB AM) 2018 yang diikuti 189 negara di Bali.

Pertemuan 189 negara tersebut antara lain dihadiri oleh menteri keuangan, gubernur bank sentral G20, CEO industri keuangan G7, akademisi terkemuka G24,lembaga internasional BRICS,LSM dan media serta anggota parlemen sebagai pengamat dengan total pertemuan dalam Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia mencapai sekitar 2.000 pertemuan secara simultan.

Selain itu, pertemuan yang membahas perekonomian global tersebut, akan dihadiri oleh sekitar 15.000 orang yang terdiri atas delegasi pemerintah, investor, pelaku sektor keuangan, pimpinan atau staf IMF-WB, LSM, akademisi dan wartawan, maupun pengamat.

Deretan hajatan besar Indonesia di tahun 2018 menjadi pertimbangan besar bagi investor dalam berinvestasi, terutama terkait dengan Pilkada serentak. Investor tentu akan menghitung potensi risiko investasi yang akan dihadapi di tahun politik 2018. Pasalnya, intrik politik dikhawatirkan berdampak pada stabilitas sosial dan keamanan, yang pada akhirnya mengusik gerak roda perekonomian nasional.

Menjawab tantangan tersebut, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio meyakinkan bahwa sentimen politik tidak akan berpengaruh kepada kondisi pasar modal. Menurutnya pelaku pasar tak perlu khawatir sebab berkaca pada tiga Pemilu sebelumnya 2004, 2009 dan 2014 lalu, pasar nyaris tidak mengalami gejolak.

"Sentimen politik itu sampai saat ini secara historis tidak memengaruhi finansial market," tegas Tito di Gedung BEI.

Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri), Jenderal Polisi Tito Karnavian bahkan dengan sengaja menyambangi Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk menjamin keamanan nasional saat kontestasi Pilkada hingga Pemilu 2019. Dia yakin stabilitas perekonomian dapat berjalan kondusif sehingga membuat nyaman pemodal dalam berinvestasi.

Menurut Tito Karnavian, masyarakat sudah berpengalaman dalam menghadapi tahun politik. Meskipun dinamika politik tak dapat dielakkan, namun mantan Kapolda Metro Jaya ini menjamin stabilitas keamanan tetap terjaga, bersamaan dengan itu gerak perekonomian juga dijamin masih kondusif.

"Dinamika pilkada ada, tapi kita sudah berpengalaman menghadapi dinamika pilkada berkali-kali, bukan sekali. Pemilu Presiden bukan sekali, gejolak-gejolak Insya Allah bisa kita tangani dengan baik," ujarnya di Gedung BEI.

Stabilitas politik dan ekonomi di tahun politik, juga pernah disinggung Wakil Presiden Jusuf Kalla. Dia memastikan bahwa stabilitas politik Indonesia akan terjaga. Pasalnya, peta kampanye politik belakangan telah bergeser.

Dia menilai, partai politik saat ini lebih memanfaatkan kekuatan media untuk kampanye dibandingkan dengan kekuatan massa. Oleh karena itu, kekuatan massa yang identik dengan kerusuhan tidak berlaku lagi dalam pesta politik saat ini.

Menurutnya, dengan kondisi politik yang kondusif, maka akan menjamin stabilitas perekonomian sepanjang gelaran Pemilihan Kepala daerah (Pilkada) maupun Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Apalagi, indikator makro ekonomi Indonesia dalam keadaan positif.

"Bukti selama tiga kali tahun politik ada kerusuhan? Tidak ada sama sekali. Itu hanya pikiran masa lalu. Karena kampanye sudah berbeda, dulu kampanyenya mengumpulkan massa, benturan, sekarang kampanyenya di dunia maya, di udara kampanyenya sekarang di medsos bukan lagi di jalan. Jadi berbeda sekali," ujar Jusuf Kalla di Gedung BEI.

Dengan jaminan stabilitas politik dan ekonomi selama tahun politik, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada pelaku usaha dan investor untuk tidak lagi menunggu dan menunda investasinya di tahun politik. Pasalnya, tahun politik hampir terjadi di setiap tahun karena selalu ada Pilkada di berbagai daerah.

"Tapi pertanyaan sekarang, kalau mau wait and see, sampai kapan?" kata Presiden.

Meski begitu, khusus untuk tahun 2018 nanti Dirut BEI mengingatkan adanya potensi risiko likuiditas yang mengancam terkait biaya pilkada serentak pada 171 daerah yang ditaksir mencapai Rp45 triliun, apalagi momentumnya bersamaan dengan pembayaran pajak sehingga berpotensi terjadi penarikan dana besar di perbankan.

Dengan adanya dua agenda besar yang diselenggarakan hampir serentak itu, Tito mengkahwatirkan adanya dana yang ditarik keluar dari perbankan. Namun, dia belum dapat membayangkan kondisi di pasar modal sendiri.

"Terus terang kejadian ini kita belum ada pengalaman," kata Tito.

Tito menargetkan nilai kapitalisasi pasar modal dapat mencapai Rp10.000 triliun dalam dua tahun mendatang. Target tersebut dapat dicapai apabila sembilan anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi perusahaan terbuka.

Kapitalisasi pasar juga diperkirakan bakal mencapai Rp10.000 triliun apabila perusahaan asing yang mencari keuntungan di Indonesia namun masih tercatat di pasar modal luar negeri juga go public di pasar modal Indonesia. Tito mencatat jumlah perusahaan yang dimaksud mencapai 52 perusahaaan. "Prediksi sih dalam dua tahun tercapai. Tapi kalau dibantu semua stakeholder pemerintah di pasar modal, bisa dapat Rp10.000 triliun," kata dia.

Sementara itu, rata - rata nilai transaksi harian ditargetkan mencapai Rp9 triliun. Apabila transaksi harian mencapai Rp9 triliun, maka Tito optimis kapitalisasi pasar BEI akan mencapai Rp7.000 triliun.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso yakin penguatan akan terulang di tahun ini. Wimboh optimis bahwa IHSG tahun 2018 masih berpeluang mencatatkan kenaikan lebih tinggi dibandingkan capaian tahun 2017. Sentimen positif tahun 2018 yang akan mendorong pertumbuhan pasar modal adalah perekonomian Indonesia yang berangsur -angsur membaik.

"Tahun depan mestinya lebih baik karena ekonomi ekspektasi lebih baik. Kalau sekarang bisa naik 20% tahun depan (IHSG) bisa 25%," ujarnya Wimboh di Gedung BEI.

Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido mengatakan Pilkada justru akan mendorong peningkatan daya beli masyrakat. Belanja politik, seperti bendera partai, seragam, dan sebagainya akan meningkatkan perputaran uang yang pada akhirnya akan dicairkan ke pembelian.

Sama halnya dengan ASEAN Games, yang diyakini Kevin justru menjadi sentimen positif untuk meningkatkan daya beli. "Daya beli meningkat, tentunya akan berkolerasi dengan sektor yang lain seperti perbankan maupun cosumer goods," kata dia kepada Okezone.

Tidak hanya peningkatan daya beli, kenaikan harga komoditas juga akan memberikan sentimen positif bagi pasar modal tahun depan. Perbaikan harga komoditas meliputi Crude Palm Oil (CPO), batu bara, serta minyak mulai tampak tahun 2017 setelah sebelumnya sempat terpuruk. Kenaikan harga komoditas ini akan berlanjut di tahun depan.

Kendati demikian, Kevin meyakini masih ada kecenderungan investor untuk menahan investasi mereka atau wait and see, terutama di sektor properti. Keamanan Pilkada 2018 menjadi tolak ukur bagi investor untuk menentukan sikapnya.

"Memang saya akui di tahun 2018, investor wait and see juga, kenapa? karena melihat pilkada tahun 2017 yang kita lewati sedikit chaos, sehingga jadi bahan pertimbangan wait and see melihat tahun 2018," kata Kevin.

Dengan pertimbangan tersebut, Kevin dan tim dari Paramitra Alfa Sekuritas menargetkan IHSG akan berada di level 6.700

Di sisi lain, Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang memprediksi tahun depan IHSG akan menuju level 6.600, dengan asumsi pertumbuhan ekonomi akan berada di posisi 5,3% hingga 5,4% dan tingkat inflasi sebesar 4,4% hingga 4,5%.

Edwin juga telah mempertimbangkan beberapa asumsi yang bisa menjadi sentimen bagi Indonesia. Dari sisi eksternal, reformasi perpajakan Amerika Serikat adalah hal yang perlu diwaspadai. Pemerintah Amerika Serikat menurunkan pajak individu dari 39,6% menjadi 37%. Sedangkan pajak korporasi akan turun dari 35% menjadi 21%.

Rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) juga harus diantisipai. Fed Fund Rate (FFR) diperkirakan oleh Edwin akan menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali tahun ini. Kenaikan FFR direspon dengan rencana kenaikan suku bunga bank di Eropa dan Australia.

"Dari domestik, saya juga mempertimbangkan adanya Pilkada serempak di Indonesia. Asumsi saya banyak uang berlimpah di pasar, sehingga menjadi salah satu katalis tahun depan karena banyak uang melimpah dengan adanya pilkada tersebut," kata Edwin.

"Saya melihat tidak ada potensi penarikan dari pasar modal karena mereka sudah siapkan dananya, tinggal mereka belanjakan," imbuh dia.

Sedangkan Tim Binaartha Sekuritas dalam risetnya memaparkan bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018 akan lebih tinggi pada rentang 5,15%-5,20%, dengan konsumsi rumah tangga menjadi kontributor terbesar terhadap PDB. Tingkat inflasii, berdasarkan pada asumsi pemerintah akan berada di tingkat plus minus 4%.

Binaartha Sekuritas memandang tahun 2018 akan menjadi tahun yang menantang bagi pemerintah untuk mengendalikan inflasi. Sedangkan nilai tukar Rupiah diproyeksi berada di posisi Rp13.200, dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti kenaikan suku bunga AS, ekonomi China ekonomi, kebijakan Jepang dan peristiwa Brexit. Sementara dari faktor internal yaitu perbaikan kondisi ekonomi bersama dengan pelaksanaan reformasi pajak.

Dengan memasukkan sentimen-sentimen tersebut, maka tahun 2018 dengan asumsi bahwa rata-rata pertumbuhan EPS akan setidaknya 10%, Binaartha Sekuritas memprediksi IHSG akan bergerak di rentang 6.966-7.033.

Akan tetapi, di samping skenario optimistis bahwa IHSG dapat mencapai sekitar 6.966-7.033, perkiraan lebih buruk dan moderat untuk IHSG adalah di rentang 5.250-5.325 dan 5.425-5.550.

(Martin Bagya Kertiyasa)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya