Model perhutanan sosial yang dipilih adalah berbentuk kelompok (cluster) meski pemerintah tidak terlalu ketat bentuk kelompok itu apakah berbentuk koperasi atau bentuk lainnya.
"Kenapa kelompok? Kalau anaknya sakit tetap ada yang membantu mengerjakannya, kalau tanam jagung bibitnya sama supaya panen bisa diperhitungkan, tidak perlu bersamaan," ungkap Darmin.
Model tersebut juga meningkatkan kualitas pascapanen karena petani dapat mendapat lebih banyak keuntungan dari harga penjualan.
"Supaya jangan hanya memanen saja milik petani, harus selangkah lagi lebih jauh, model dasar itu belum sempurna tapi kita harap semuanya sudah betul-betul. Mudah-mudahan pada akhir tahun ini Perhutanan Sosial akan keluarkan buku pintar untuk mengembangkan perhutanan sosial," tutur Darmin.
(Martin Bagya Kertiyasa)