JAKARTA - Proyek pengembangan Lapangan Gas Abadi Blok Masela memasuki babak baru.
Dua kontraktor dinyatakan menang tender untuk mengerjakan tahapan awal desain dan rekayasa (Pre Front End Engineering Design/Pre-FEED) di lapangan yang memiliki cadangan gas 10,7 triliun kaki kubik (TCF) itu.
Kedua kontraktor itu adalah PT KBR Indonesia yang akan mengerjakan Pre-FEED ONLG atau fasilitas pengolahan LNG di darat dan Konsortium PT Technip Engineering Indonesia dan PT Technip Indonesia yang mengerjakan Pre-Feed FPSO atau fasilitas produksi dan penyimpanan terapung.
Baca juga: Blok Masela Kembali ke Pangkuan Indonesia, Berapa Kapasitasnya?
Saat ini para kontraktor sedang persiapan melakukan pekerjaan Pre-FEED seperti mobilisasi staf dan pengaturan data dan dokumen. Minggu depan mereka dijadwalkan mulai mengerjakan Pre-FEED.
"Pekerjaan Pre-FEED akan berlangsung selama enam bulan jika semua berjalan lancar," ujar Senior Specialist Media Relations Inpex Masela Ltd Moch N Kurniawan di Jakarta kemarin.
Dia menambahkan, setelah pekerjaan Pre-FEED ini selanjutnya ada tahapan penting lainnya ke depan antara penyelesaian pekerjaan Pre-FEED untuk kemudian mengajukan revisi plant of development (POD) ke pemerintah.
Baca juga: Dibangun di Maluku Tenggara Barat, Blok Masela Terkendala "Manisnya" Perkebunan Gula
Menurut Kurniawan, dimulainya pekerjaan Pre-FEED merupakan milestone penting pengembangan Proyek Abadi Masela. INPEX akan memformulasikan POD revisi berdasarkan hasil pekerjaan Pre-FEED dan diskusi secara berkelanjutan bersama pemerintah agar proyek ini memiliki kelayakan secara ekonomi.
"Tahapan berikutnya adalah pekerjaan FEED, Final Investment Decision (FID), konstruksi (Engineering, Procurement and Construction/EPC) dan setelah itu baru memulai produksi. Jadi timeline detail ke depan akan ditentukan salah satunya oleh pekerjaan Pre-FEED ini," paparnya.
Sekadar diketahui, pengembangan Blok Masela mengalami perubahan skema dari yang semula dilakukan di laut (off shore) menjadi di darat (on shore). Perubahan tersebut berimplikasi pada tahapan-tahapan pengerjaan termasuk harus merevisi POD sebagai acuan untuk tahapan pengerjaan FEED yang meliputi desain proyek, spesifikasi teknis, dan estimasi biaya konstruksi.
Baca juga: Ke Jepang, Menteri Jonan Bahas Perkembangan Blok Masela
Sebagai gambaran, untuk pengerjaan Pre-FEED di industri migas umumnya memakan waktu sekitar enam bulan. Adapun tahapan FEED lebih lama lagi mencapai dua tahun. Dengan demikian, apabila tahapan Pre-FEED selesai akhir tahun ini, maka FEED baru sekitar tahun 2021. Adapun untuk tahapan konstruksi bisa mencapai 4-5 tahun.
"Tahapan Pre-FEED ini termasuk di dalamnya adalah penentuan lokasi fasilitas pengolahan onshore di Pulau Tanimbar atau Yamdena," imbuhnya.