“Ini berarti selisih tingkat bunga kredit perbankan Indonesia atau net interest margin (NIM) mencapai empat kali lipat lebih besar jika dibandingkan negara-negara tetangga,” ungkapnya.
Dia melanjutkan, di tengah suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang tinggi, perbankan diminta dapat melakukan efisiensi. Hal ini bertujuan agar kenaikan suku bunga acuan yang tinggi tersebut tidak langsung ditransmisikan ke suku bunga kredit perbankan, yang nantinya akan berdampak pada pertumbuhan kredit.
Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto menuturkan, perbankan nasional pernah bertahan dalam menghadapi krisis pada 1998. Saat itu bukan hanya kebijakan suku bunga, tetapi kondisi ekonomi yang tidak baik juga bisa ditahan dengan baik oleh bank-bank di Indonesia.
“Pada 1998 suku bunga 70%, inflasi 36% kita tetap survive. Kita pernah mengalami krisis besar dan kecil. Bankir-bankir yang masih bertahan sekarang bukti kuatnya daya tahan terhadap krisis,” ungkap dia. (Kunthi Fahmar Sandy)
(Dani Jumadil Akhir)