Terkait upaya peningkatan kompetensi SDM, Airlangga menambahkan, Pemerintah Indonesia tengah gencar menjalankan program pendidikan dan pelatihan vokasi. Misalnya di Kementerian Perindustrian sudah melakukan perbaikan kurikulum kejuruan lebih dari 40 program studi, yang menerapkan 70 persen praktik dan 30 persen teori di dalam proses pembelajarannya.
“Jadi, diharapkan langkah ini memacu pendidikan teknologi dan permesinan bisa menjadi mainstream kembali,” terangnya.
Peserta lainnya, Erik dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya yang sedang mengikuti kursus di Korea, mengharapkan pemerintah untuk dapat mendorong sinergi antara pihak akademisi dengan pelaku industri di Indonesia dalam merealisasikan industri 4.0.
“Karena industri di Indonesia hanya produksi, sedangkan risetnya di negara masing-masing,” ujarnya.
Menteri Airlangga menyatakan, beberapa perusahaan global sudah membangun pusat penelitian dan pengembangan (RnD) di Indonesia.”Contohnya, Apple di Tangerang, kemudian Daihatsu di Karawang yang punya RnD center dan fasilitasnya lebih bagus daripada di Jepang, bahkan produknya juga dijual ke Jepang,” sebutnya.
Hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah yang fokus pada pengembangan SDM dalam membangun ekosistem inovasi dan menciptakan iklim investasi yang kondusif.
Sementara itu, Adi yang sedang belajar di Seoul National University, meminta kepada pemerintah agar dapat menghilangkan birokrasi yang sulit untuk mempemudah investor berbisnis di Indonesia.
Apalagi pemerintah tengah aktif menarik investasi guna memperbaiki struktural ekonomi nasional.
“Untuk investasi, saat ini sudah ada Online Single Submission (OSS). Jadi lebih mudah dan cepat. Bahkan, bagi mereka yang mau investasi di kawasan industri yang telah tersedia, pemerintah jamin tiga jam perizinannya selesai,” jawab Airlangga.
(Feb)
(Rani Hardjanti)