JAKARTA - Utang pemerintah yang kini sebesar Rp4.253 triliun per 31 Juli 2018, menjadi perdebatan sejumlah pihak. Bahkan tak sedikit yang menilai utang pemerintah berada pada level yang mengkhawatirkan.
Kendati demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani terus meyakinkan, kondisi ekonomi Indonesia sangat sehat meski utang bertambah. Pengelolaan utang pun, kata dia, dilakukan secara hati-hati dan digunakan secara produktif.
Pengelolaan hati-hati tersebut, tercermin dari defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Total defisit APBN hingga Agustus 2018 mencapai Rp150 triliun, lebih rendah dibandingkan defisit APBN pada periode yang sama di 2017 yang mencapai Rp220 triliun.
“Dengan APBN kita yang defisitnya kecil ini pun masih sempat di dalam berbagai diskusi politik, seolah-olah pemerintah dianggap utangnya besar banget. Banyak yang menyebutkan bahwa kita harus mengurangi utang secara habis-habisan,” katanya kepada ratusan pengusaha dalam acara seminar di Hotel Kempinski, Jakarta, Jumat (14/9/2018).
Dia menjelaskan, pembiayaan atau utang bukan suatu tujuan, melainkan alat untuk mencapai tujuan. Hal ini sama seperti yang dihadapi pengusaha dalam menjalankan bisnisnya.
Dia menggambarkan, layaknya pengusaha yang memerlukan dana ari kas pribadi maupun pinjaman dana dengan tujuan melakukan ekspansi bisnis, memperbesar market share, serta meningkatkan profit.