Di sisi lain, data perekonomian AS diproyeksi terus membaik ditandai dengan pertumbuhan lapangan kerja yang lebih besar. Hal ini menunjukkan perekonomian AS kian menguat.
Kondisi ini membuat berbaliknya arus modal asing (capital outflow) dari negara berkembang ke Negeri Paman Sam. "Selain itu ketegangan ekonomi (perang dagang) AS dan China masih berlangsung, demikian juga ada sejumlah faktor-faktor geopolitik di eropa atau di tempat lain," jelasnya.
Baca Juga: Gubernur BI: Rupiah Rp15.000/USD Jangan Dianggap Kiamat
Menyikapi kondisi pelemahan Rupiah tersebut, lanjut Perry, Bank Sentral akan selalu memantau pergerakan pasar keuangan untuk melakukan intervensi di pasar valuta asing (valas) dan Surat Berharga Negara (SBN). Menjaga penawaran dan permintaan valas dapat bergerak baik di pasar.
Selain itu, melakukan komunikasi dengan pihak perbankan, pelaku di sektor riil, juga pengusaha. Juga mempercepat persiapan teknis transaksi Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF).