JAKARTA - Rupiah menguat terbatas terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sejak Senin 15 Oktober kemarin hingga sore ini. Hal itu terjadi pascalaporan bahwa Indonesia mencatat surplus perdagangan di bulan September.
Menurut data resmi, Indonesia mencatat surplus sebesar USD230 juta bulan lalu dibandingkan defisit USD1,02 miliar di bulan Agustus dan defisit USD2,03 miliar di bulan Juli.
"Perkembangan positif ini akan memperkuat Rupiah di jangka pendek karena menurunnya kekhawatiran mengenai defisit perdagangan," ujar analis FXTM Lukman Otunuga dalam risetnya kepada Okezone, Selasa (16/10/2018).
Baca Juga : Meski Menguat, Rupiah Masih Terjebak di Rp15.200/USD
Walau demikian, lanjut dia, prospek Rupiah di jangka pendek dan panjang tetap dipengaruhi oleh berbagai risiko eksternal. Ketegangan dagang global, kekhawatiran tentang melambatnya pertumbuhan global, serta prospek kenaikan suku bunga AS mengganggu selera risiko sehingga mata uang pasar berkembang seperti Rupiah tetap terancam melemah.
"Dari aspek teknikal, Rupiah dapat semakin menguat terhadap dolar AS apabila dolar dapat turun di bawah Rp15.180," tutupnya.
Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat. Namun, mata uang Garuda ini masih di level Rp15.200-an per USD.
Baca Juga : Sri Mulyani Usul Asumsi Kurs Rp15.000/USD di 2019
Melansir Bloomberg Dollar Index, Selasa (15/10/2018) pukul 17.29 WIB, Rupiah pada perdagangan spot exchange menguat 19 poin atau 0,13% ke level Rp15.200 per USD. Rupiah hari ini bergerak di kisaran Rp15.192 per USD - Rp15.231 per USD.
Sementara itu, Yahoofinance juga mencatat Rupiah menguat 5 poin atau 0,03% menjadi Rp15.195per USD. Dalam pantauan Yahoofinance, Rupiah berada dalam rentang Rp15.170 per USD hingga Rp15.233 per USD.
(Rani Hardjanti)