Daya Beli dan Korupsi Jadi Penyebab Ekonomi Afrika Selatan Cuma Tumbuh 0,8%

Giri Hartomo, Jurnalis
Kamis 25 Oktober 2018 19:39 WIB
Ilustrasi: Shutterstock
Share :

JAKARTA - Kondisi perekonomian Afrika Selatan sedang terpuruk karena dalam dua kuartal terakhir terus mengalami penurunan hingga 0,8%. Artinya, perekonomian Afrika Selatan jauh di bawah Indonesia yang mana pertumbuhan ekonomi Indonesia stabil di angka 5%.

Duta Besar Republik Indonesia untuk Afrika Selatan Salman Al Farisi mengatakan, ada beberapa sebab mengapa perekonomian Afrika Selatan jatuh dan terpuruk. Pertama adalah konsumsi alias daya belinya yang rendah.

"Rakyat sekarang sangat sulit. Spending yang tertekan karena inflasinya sangat tinggi," ujarnya dalam acara Forum Group Discussion HIPMI di Menara Bidakara 2, Jakarta, Kamis (25/10/2018).

Baca Juga: Indonesia Bakal Kurangi Hambatan Perdagangan dengan Uganda

Apalagi menurut Salman, pengangguran di sana begitu tinggi angkanya. Berdasarkan survey pemerintah Afrika Selatan, angka penganggurannya berada di angka 27%.

"Pengangguran Afrika Selatan. 27%. Tapi para diplomat yakin penganggurannya jauh lebih tinggi dari ini 30%," ucapnya.

Lalu penyebab kedua adalah Policy yang dibuat oleh pemerintah. Menurut Salman, pemerintah Afrika Selatan berusaha untuk menaikkan tarif pajak sebesar-besarnya dengan tujuan untuk meningkatkan pajaknya demi mendapatkan pendapatan negara yang lebih besar dari saat ini.

"Penyebab kedua mereka berhadapan dengan pajaknya yang ditingkatkan," Kata Salman.

Selain itu menurutnya, angka korupsi di Afrika Selatan juga sangatlah tinggi. Bahkan beberapa waktu lalu, Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma ditangkap karena kasus korupsi yang menjeratnya. Bahkan Zuma harus menghadapi tujuh tuduhan korupsi atas dirinya.

"Kedua pilar pemerintah. Politik anggaran masih sangat kuat. Sehingga ketika Policy tidak bisnis friendly ini akan berpengaruh terhadap perekonomian mereka. Ini mempengaruhi pertumbuhan 30%. Beberapa waktu lalu Presiden Zuma diturunkan dari jabatannya karena kasus korupsi. Zuma menghadapi tujuh tuduhan Mega korupsi. Ini merusak situasi birokrasi mereka dan tentu saja situasi politik mereka," jelasnya.

Baca Juga: Wapres JK: Afrika, Wakanda dan Black Panther

Selain itu menurut Salman, birokrasi di Afrika Selatan juga menurutnya tergolong sulit. Dirinya bercerita tentang bagaimana sulitnya bertemu dengan pejabat Pemerintahan di Afrika Selatan, bahkan jika harus dibandingkan lebih mudah bertemu dengan para pengusaha Afrika Selatan dibandingkan harus bertemu dengan birokrat di sana.

"Sampai hari ini saya minta ketemu beberapa menteri belum bisa. Di Afrika Selatan ketemuan menteri susahnya bukan main. Susahnya bertemu Birokrasi tapi kalau bertemu bisnisman begitu mudah," ucapnya.

Dan faktor terakhir adalah dari sektor bisnis. Menurutnya, meskipun potensi bisnis di Afrika Selatan cukup besar, namun sayangnya pasar dari mereka masih sangat rendah. Ada beberapa kebijakan pemerintah Afrika Selatan yang justru sering kali memberatkan dari para pengusaha yang ada di sana.

"Pilar ketiga adalah bisnis. Kontribusinya lebih kecil dibandingkan penduduk sekitar 20-30%. Dari sisi bisnis mereka cukup potensial," ucapnya

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya