NEW YORK - Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street ditutup sedikit menguat, di mana pada akhir sesi perdagangan, investor melihat adanya optimisme tentang hubungan perdagangan AS-China dan beberapa tanda meyakinkan dalam politik Inggris.
Melansir Reuters, Kamis (13/12/2018), Presiden AS Donald Trump mengatakan pembicaraan perdagangan sedang berlangsung dengan China. Pedagang mengatakan China melakukan pembelian besar pertama kedelai AS sejak Washington dan Beijing menyetujui gencatan perdagangan sementara bulan ini.
Selain itu, Trump mengatakan akan campur tangan dalam kasus melawan eksekutif puncak di Huawei Technologies jika itu akan membantu mengamankan kesepakatan perdagangan.
Baca Juga: 3 Indeks Utama Wall Street Melemah
Hal tersebut pun berdampak pada indeks Dow Jones Industrial Average naik 157.03 poin atau 0,64% menjadi 24.527,27. Kemudian S&P 500 naik 14,29 poin, atau 0,54% menjadi 2.651,07 dan Nasdaq Composite menambahkan 66,48 poin, atau 0,95% menjadi 7.098,31.
Meski demikian, investor masih waspada terhadap volatilitas pasar hingga tenggat waktu 1 Maret untuk perjanjian perdagangan.
“Segala sesuatu yang dikatakan Trump adalah sikap negosiasi. Anda ingin pernyataan yang lebih banyak data dan fakta didorong dari presiden. Namun pendekatan ini membuat China berpikir dua kali tentang sikap keras mereka, ” kata Direktur Utama Ekuitas BMO Global Asset Management Ernesto Ramos.
Perdagangan saham telah sangat berombak dalam beberapa hari terakhir di tengah berita utama pada topik mulai dari perdagangan China dan potensi penutupan pemerintah AS ke ketidakpastian Brexit.
Hal ini diharapkan pasar untuk tetap di atas setelah diuji beberapa kali. Direktur Per Stirling Texas Robert Phipps mengharapkan volatilitas untuk melanjutkan.
Baca Juga: Wall Street Menguat Ditopang Saham Apple
"Tidak hanya Trump tidak akan menyegel kesepakatan sampai akhir Februari tetapi retorika semakin menyengat semakin dekat dia ke batas waktu. Ada banyak masalah politik yang akan terus menekan pasar dari sekarang hingga akhir Februari," ujarnya.
Di sisi lain, investor nampaknya mundur setelah Perdana Menteri Inggris Theresa May memenangkan mosi percaya dari partai Konservatifnya karena 117 anggota parlemennya mengatakan dia tidak lagi menjadi pemimpin yang tepat untuk mengimplementasikan keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
May telah gagal mencapai kesepakatan Brexit minggu ini, menciptakan ketidakpastian bagi investor karena membuka kemungkinan penundaan untuk Brexit atau bahkan referendum lain tentang keanggotaan.
(Feby Novalius)