Jelang Akhir 2018, Sri Mulyani Pelototi Ekonomi Dalam Negeri dan Global

Giri Hartomo, Jurnalis
Senin 17 Desember 2018 14:49 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani (Foto: Facebook Sri Mulyani)
Share :

JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati terus mengawasi kondisi perekonomian global menjelang penutupan 2018. Hasilnya akan digunakan pemerintah untuk membuat kebijakan di 2019. 

Selain perekonomian global, pemerintah juga akan meneliti perkembangan perekonomian dalam negeri jelang penutupan 2018 ini. Hal ini sebagai perbandingan bagaimana dampaknya perekonomian global dan dalam negeri.

"Perekonomian kita membutuhkan seluruh sektor maju dan meningkat secara produktif. Menjelang tutup tahun kita harus meneliti akan ekonomi global dan dalam negeri," ujarnya saat ditemui di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (17/12/2018).

Baca Juga: Bank Dunia Puji Ketahanan Fundamental Ekonomi RI

Dari hasil pemantauannya sejauh ini, Sri Mulyani memperkirakan jika kondisi perekonomian global pada tahun 2019 mendatang masih dalam kondisi yang tidak pasti. Bahkan beberapa lembaga seperti Internasional Monetary Fund (IMF) merevisi pertumbuhan ekonomi global pada saat pertemuan negara anggota G20 di Argentina beberapa waktu lalu.

"Kita memasuki 2019 dengan penuh ketidakpastian. Di pertemuan Argentina lalu mereka merevisi pertumbuhan ekonominya dari 3,9 menuju 3,5%. IMF juga menurunkan proyeksinya," ucapnya.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyebutkan ada beberapa hal yang menyebabkan ketidakpastian perekonomian global tahun 2019 mendatang. Salah satunya adalah kebijakan resesi ekonomi yang dilakukan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump

"Ada warning apakah itu dari capital market mengenai resesi dunia. Orang masih melihat Amerika tumbuh tinggi apakah masih akan berlangsung sampai 2019," jelasnya.

Baca Juga: Aset Orang Kaya Makin Gemuk, Sinyal Membahayakan Ekonomi

Di sisi lain, perang dagang antara Amerika Serikat dan China juga masih belum rampung sepenuhnya. Karena meskipun ada gencatan senjata, namun itu hanya bersifat sementara yakni selama tiga bulan saja.

"Kita juga melihat kebijakan ekonomi seperti trade Policy yang memberikan ketegangan RRT(Republik Rakyat Tongkok/China) tidak menurun ada tiga bulan untuk bisa menyelesaikan namun karena ada ketidakpastian geopolitik yang bercampur dengan ekonomi," jelasnya.

(Feby Novalius)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya