Asuransi Jiwa Manulife Siapkan Dana USD10 Juta

Koran SINDO, Jurnalis
Selasa 18 Desember 2018 10:18 WIB
Asuransi (Ilustrasi Foto: Reuters)
Share :

JAKARTA – Perusahaan asuransi jiwa Manulife Indonesia memastikan kepuasan konsumen menjadi hal utama. Seluruh lini bisnis dan pola kerja perusahaan diubah dengan mengacu pada cara pandang konsumen.

“Kami memperhatikan betul apa yang diinginkan konsumen. Bagaimana memperlakukan mereka sebagai manusia,” ujar Presiden Direktur dan CEO PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (Manulife Indonesia) Jonathan Hekster kepada wartawan di Jakarta. Dia menjelaskan, Manulife memilih melihat segala sisi dari sudut pandang konsumen. Hal itu dilakukan semata-mata demi memenuhi kepentingan nasabah. Hal tersebut yang menjadi alasan Manulife menerapkan matrik net promoter score (NPS). Langkah tersebut untuk menilai atau mengkaji apakah nasabah percaya dan puas terhadap layanan Manulife.

Baca Juga: Meroket 290%, Manulife Raup Laba Rp2,6 Triliun

Ternyata angka NPS Manulife naik tajam melebihi rata-rata dari 44 pada 2017 menjadi 52 pada 2018. “Ini menunjukkan kenaikan tingkat kepercayaan dan kepuasan nasabah atau masyarakat terhadap layanan Manulife Indonesia secara keseluruhan,” ujar Hekster. Secara strategi, pihaknya percaya dari 61 perusahaan asuransi jiwa di Tanah Air, pasti memiliki agen dan produk bagus. Namun, jika pelayanan masih kaku, tetap saja tidak akan bisa memenangi persaingan. “Yang bisa unggul di Indonesia adalah yang memiliki pelayanan bagus,” kata dia.

Hekster mengakui, pelayanan Manulife berkualitas, tetapi memerlukan sistem pendukung yang kuat. Dengan begitu, jika ada permintaan informasi dari nasabah, hal tersebut dapat dipenuhi dengan cepat dan tepat. “Selama ini kami sudah mendapat feedback konsumen, mereka akui staf Manulife sopan, selalu mau membantu, tapi kadang-kadang sistem tidak memungkinkan,” katanya. Itulah mengapa Manulife melakukan investasi besar-besar an untuk peningkatan layanan kepada konsumen. “Kami investasi jutaan dolar AS untuk membuat sistem baru, Customer Relationship Management (CRM),” tutur Hekster.

CRM sudah dimulai sejak Oktober 2018 lalu dan diperkirakan tahap pertama selesai Maret 2019. Selanjutnya tahap kedua akan tuntas pertengahan 2019. “Kita berinvestasi agar bisa membantu konsumen lebih cepat dan nyaman sehingga mereka memiliki pengalaman bagus dengan layanan kami,” katanya. Lewat CRM salah satu yang bisa diterapkan adalah adanya rekam jejak nasabah dalam satu file . Nanti apapun yang nasabah minta ke Manulife, seperti perubahan polis, perubahan alamat, atau mengecek nilai polis, didaftarkan dalam satu file. Jadi, kata Hekster, saat nasabah menghubungi, staf Manulife bisa melihat serta bisa memberikan masukan dan info yang tepat.

Dari situ akan terjadi dialog yang baik. Selain CRM, Manulife juga tengah mengembangkan program self service melalui digital. Nasabah bisa melakukan aktivitas plus transaksi cukup lewat telepon pintar mereka. Ke depannya akan ada teknologi facial recognition system yang bisa membaca wajah nasabah lewat kamera di ponsel untuk membuka aplikasi Manulife, tidak lagi menggunakan password ang ka atau sidik jari. Ia menjelaskan Manulife memang memiliki tradisi inovasi. Manulife adalah perusahaan asuransi pertama yang menghadirkan produk unit link, yakni pada 1999. Manulife juga menjadi pionir produk terjangkau untuk masyarakat kecil dan di jual lewat bank.

“Kami tetap mempertahankan sebagai product leader. Namun, paling penting adalah pengalaman dan kenyamanan nasabah,” ujar Hekster. Fokus pada nasabah juga dibuktikan Manulife melalui pembayaran klaim. Setidaknya tiap jam Manulife membayar klaim Rp750 juta atau sekitar Rp7 triliun per tahun. “Filosofi kami adalah kita harus senang membayar klaim, karena itu tugas kita, tugas mulia,” kata dia.

Menurut Hekster, membayar klaim bukan hanya membantu orang, tetapi membuktikan bahwa asuransi jiwa juga berguna. Seperti saat terjadi gempa dan tsunami di Palu. Tiga pekan setelah kejadian, Hekster tiba di Palu dan melakukan fast track atau mempercepat pembayaran klaim. Saat itu ia juga melakukan penyerahan klaim kepada tiga ahli waris sebesar Rp875 juta. Hekster beserta tim Manulife bahkan bertemu langsung dengan Gubernur Sulawesi.

Baca Juga: Manulife Luncurkan Reksa Dana Premium

“Kami harus happy bayar klaim. Karena itu tugas kita,” ujar dia. Lebih dari setahun di bawah kepemimpinan Jonathan Hekster atau tepatnya mulai September 2017, Manulife terus meraih kinerja positif. Membuka awal 2018, Manulife meluncurkan solusi persiapan dana pendidikan buah hati, yakni Manulife Education Protector (MEP). Produk itu merupakan produk reguler unit link dengan berbagai manfaat, antara lain ketersediaan dana pendidikan di setiap jenjang mulai dari SD sampai SMA hingga ke jenjang universitas karena MEP juga memberikan kepastian dana pendidikan saat anak berusia 18 tahun atau saat akan mulai kuliah.

Dia meyakini, dengan berbagai terobosan dan fokus pada kepuasan pelanggan, kinerja Manulife akan terus bertumbuh. Berdasarkan catatan, kinerja Manulife sepanjang 2017 lampau terlihat memuaskan. Tercatat total premi bisnis baru (berdasarkan annualized premium equivalent ) sepanjang 2017 sebesar Rp4,4 triliun naik 19% dari 2016 sebesar Rp3,7 triliun. Lalu, total premi dan deposit pada 2017 sebesar Rp25 triliun naik 34% dari tahun sebelumnya sebesar Rp18,6 triliun.

Tahun 2017 lalu, total klaim sebesar Rp6,6 triliun tahun sebelumnya Rp6,8 triliun. Hingga akhir 2017, total nasabah Manulife sebanyak 2,4 juta.

(Hatimvarabi)

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya