Memang pendorong penting dari lonjakan defisit perdagangan tahun 2018 adalah pelebaran defisit di sektor migas yang mencapai USD12,4 miliar. Bahkan, peningkatan harga minyak dunia hampir sepanjang 2018 telah mendorong lonjakan impor minyak negara-negara net importir minyak seperti Indonesia.
“Idealnya, saat harga minyak dunia meningkat, tidak hanya berdampak pada kenaikan impor minyak, tetapi juga pada peningkatan ekspor minyak. Uniknya, dampak kenaikan harga minyak terhadap peningkatan ekspor minyak jauh lebih kecil dibandingkan impor minyak,” kata Dwi.
Selain migas, sektor non migas juga menghadapi masalah tidak kalah serius. Walaupun masih surplus, terjadi penciutan tajam surplus nonmigas dari USD20,4 miliar pada 2017 menjadi USD3,8 miliar pada 2018 atau kontraksi sebesar 81,4%.
Bank Indonesia menyatakan, meski masih mengalami defisit neraca dagang pada Desember 2018 namun aliran modal asing masih berlanjut.
Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan, aliran modal asing masuk(inflow) sebesar Rp14,75 triliun ke pasar keuangan domestik telah menambah suplai valuta asing dan menopang penguatan nilai tukar rupiah pada awal 2019. Menurut dia, masuknya aliran modal asing menambah suplai di valuta asing atau valas.
Pergerakan nilai tukar rupiah juga ditopang keyakinan pelaku pasar global terhadap perbaikan dan kebijakan yang di terapkan BI dan Pemerintah Indonesia.
“Kami akan terus mencermati risiko ketidakpastian pasar keuangan global dengan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai funda mentalnya dengan tetap mendorong berjalannya mekanisme pasar, dan mendukung upaya pengembangan pasar keuangan,” ujar dia. (Kunthi Fahmar Sandy)
(Dani Jumadil Akhir)