Dia mengatakan, kapasitas fasilitas pemurnian bijih mineral tersebut mencapai 2 juta ton per tahun dengan kapasitas output 460.000 ton katoda tembaga. Sejauh ini, lokasi smelter di Gresik, Jawa Timur sesuai rencana yang diajukan kepada Kementerian ESDM.
Berdasarkan laporan keuangan Freeport McMoran Inc yang terbit belum lama ini menyebutkan investasi pembangunan smelter Freeport mencapai USD3 miliar. Adapun biaya tersebut akan ditanggung oleh para pemegang saham. Jika dihitung Inalum selaku pemegang saham mayoritas berinvestasi sebesar USD1,53 miliar.
Freeport Indonesia saat ini tengah memprakarsai rekayasa dan desain frontend untuk me ngejar pembiayaan, komersial, dan pengaturan mitra potensial untuk proyek tersebut. Smelter baru akan ditanggung oleh pemegang saham Freeport Indonesia sesuai persentase kepemilikan saham jangka panjang masing-masing.
Pengamat Energi dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (UGM) Fahmy Radhi menilai, kewajiban pembangunan smelter merupakan kewajiban Freeport Indonesia sebelum divestasi 51% saham. Sebab itu, seharusnya kewajiban tidak di bebankan kepada Inalum, apa lagi dalam tiga tahun kedepan tidak memperoleh dividen karena produksi turun akibat masa transisi tambang terbuka ke bawah tanah.
“Kalau sekarang baru di bangun dengan membebankan setengah biaya kepada Inalum itu tidak fair,” katanya. (Nanang wijayanto)
(Dani Jumadil Akhir)