Strategi dalam Berinvestasi Syariah di Pasar Modal

, Jurnalis
Sabtu 06 April 2019 16:43 WIB
Indeks Harga Saham Gabungan (Ilustrasi: Shutterstock)
Share :

Saat ini beberapa Perusahaan Efek sudah memiliki aplikasi berupa online trading syariah. Adapun jumlah investor saham syariah di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai 44.543 investor. Jumlah ini naik hingga 92% dari posisi akhir tahun 2017 yang masih sebanyak 23.207 investor.

Tahun ini, BEI cukup optimistis bisa menambah lagi jumlah investor saham syariah hingga naik 100%. Sebelumnya, market share investor syariah sebesar 5% dari total investor ditargetkan bisa dicapai pada 2020. Namun tahun lalu dengan pertumbuhan pesat, market share atau pangsa pasar investor syariah sudah tembus 5,2% dari total investor.

Berdasarkan data dari total investor tersebut jumlah investor saham syariah yang aktif di Indonesia mencapai 56% atau tetap lebih baik ketimbang jumlah investor aktif saham konvensional yang berkisar 18% sampai 19%.

Dalam kesempatan yang sama, Budi Hikmat, Kepala Makroekonomi dan Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Management memberikan materi tentang menyusun strategi dalam berinvestasi syariah. Inspirasinya dalam berinvestasi adalah membaca ayat yang memerintahkan menanam modal. Ayat yang berkaitan dengan perintah investasi itu berbunyi "Hendaklah kalian bercocok tanam 7 tahun secara berkelanjutan," sebagai saran Nabi Yusuf.

Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Yusuf ayat 47-48, Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di bulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan (47). Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan (48). Dari ayat tersebut, Nabi Yusuf ‘alaihissalam mengatakan tiga hal: (1) Menanam berturut-turut. (2). Pengawetan hasil tanaman (bahan-pangan), 3. Penghematan (dimakan sedikit-sedikit).

Investasi itu adalah tindakan antisipatif. Itulah sebabnya market selalu antisipatif. "Saat ekonomi lagi enggak bagus, kok bursa naik. Atau sebaliknya bursa kok turun padahal bisnis baik-baik saja,” kata Budi. Dia menambahkan, investor itu mengantisipasi turn round story dan risk, sehingga selalu bergerak lebih dulu dan lebih volatilitas. "Bagi saya prinsip berinvestasi yang penting itu kedepankan tindakan mengatasi kerakusan, dari pada mengatasi kecemasan," ujarnya.

(TIM BEI)

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya