Tak Lagi Minimalis, Begini Desain Bangunan di Era Arsitektur 4.0

Koran SINDO, Jurnalis
Minggu 07 April 2019 14:34 WIB
Ilustrasi: Foto Shutterstock
Share :

JAKARTA - Majunya perkembangan teknologi saat ini ikut berpengaruh terhadap tren konstruksi bangunan. Tak lagi terpaku pada desain minimalis, tapi sudah masuk pada era arsitektur 4.0.

Arsitektur 4.0 adalah suatu rancangan yang sudah berbasis dengan data dan informasi yang semuanya sudah terkoneksi dengan internet sehingga memberikan nilai kepraktisan dan efisiensi dalam proses pengerjaannya.

Menurut pengamat perkotaan Yayat Supriatna, pola arsitektur 4.0 sebenarnya sudah mulai dilakukan sejak tahun lalu. Hal itu terlihat dari banyaknya pengembang yang sudah mulai menawarkan sistem smart home atau smart apartment .

“Jika dihitung berdasarkan persentase penggunaannya, sudah hampir 70% pembangunan menggunakan sistem arsitektur 4.0. Sebagai contoh penggunaan virtualisasi sistem yang merupakan aplikasi untuk merancang bangunan,” jelas Yayat saat dihubungi KORAN SINDO.

Baca Juga: Menteri Basuki Percantik Kepulauan Seribu dengan Penataan Kawasan

Penerapan arsitektur 4.0 dinilai lebih efisien dalam waktu pengerjaannya. Bila dibandingkan dengan cara konvensional, hasilnya akan jauh sekitar 50% lebih cepat untuk pembangunan yang sesuai dengan desain yang diinginkan.

Sementara dari segi konstruksi, Yayat menjelaskan, adanya era arsitektur 4.0 mampu mempercepat pembangunan dan juga mengurangi penggunaan sumber daya alam hingga 70%. Di samping itu, pola arsitektur 4.0 sudah bisa diterapkan untuk tempat tinggal.

Baik dalam segi bahan material maupun penggunaan fitur di dalam hunian yang mampu membuat para penghuninya merasa nyaman. “Sudah banyak pengembang khususnya yang berada di kota-kota mandiri menerapkan pola arsitektur 4.0 untuk hunian.

Seperti Nava Park yang berada di kawasan BSD City Tanggerang, Pana Home Deltamas di kawasan Cikarang, dan PP Properti di Bekasi,” ujar Associate Director Colliers Internasional, Ferry Salanto.

Baca Juga: Menpar: 2020, Ekonomi Indonesia Bergantung pada Pariwisata Bukan Migas

Ferry pun menambahkan, pada dasarnya penerapan arsitektur 4.0 untuk hunian sangat efektif karena mampu menghemat proses pengerjaan dan biaya. Karena semua sistemnya sudah dikerjakan dengan siber.

Di sisi lain, untuk penggunaan bahan material arsitektur 4.0 lebih mengedepankan inovasi dari segi pengolahan hingga pengaplikasiannya. Menurut Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Junita Bahari Nonci, untuk bahan bangunan yang mengusung konsep arsitektur 4.0 memiliki banyak keuntungan, baik bagi kalangan arsitek maupun desainer interior.

Salah satunya dengan memanfaatkan sistem virtual reality yang mampu menampilkan gambaran nyata tentang desain tersebut. “Dari segi pengaplikasian bahan material berteknologi ini cukup kuat dan ramah lingkungan karena setiap bahannya dibuat dengan akurasi tepat yang semuanya sudah dikerjakan dengan teknologi,” kata Juanita.

Juanita pun memberikan contoh, saat ini penggunaan kayu sebagai fondasi utama suatu bangunan sudah mulai berkurang dan digantikan dengan baja bermotif printing 3D. Ketahanan terhadap gempa pun cukup kuat jika dibandingkan dengan penggunaan kayu konvensional.

Tidak hanya menawarkan kemudahan serta akurasi dalam hal pembangunan, teknologi ini memiliki beberapa kekurangan. Salah satunya, mahalnya harga software yang harus dibeli, terlebih lagi di Indonesia belum tersedia perangkat yang dibutuhkan.

“Karena semua pengerjaannya menggunakan sistem siber, otomatis ikut memengaruhi harga jual bahan material yang dihasilkan. Misalkan saja pintu yang terbuat dari baja dengan tampilan serat kayu asli di jual dengan harga sekitar Rp7 juta sampai Rp10 juta,” ungkap Juanita.

Meskipun teknologi yang ditawarkan mampu mengurangi biaya gambar dan juga revisi di lapangan. Namun, penggunaan biaya untuk software tetap harus sewa dan itu membutuhkan dana yang besar.

“Kekurangan yang mendasar dari arsitektur 4.0 ini adalah besarnya dana yang dibutuhkan untuk melatih para tenaga kerja di lapangan. Terkecuali jika bisa dimanfaatkan dengan baik, maka bisa lebih efektif dan menghemat biaya hingga 20%,” jelas Juanita.

(Feby Novalius)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya