CEO Kebab Turki Baba Rafi, Hendy Setiono mengatakan, saat ini Baba Rafi sudah masuk tahun ke-11. Kunci perkembangan bisnis waralaba menurutnya adalah selalu melakukan inovasi di segala lini. Namun, saat ini merupakan momentum bagi investor memulai bisnis waralaba dibandingkan instrumen investasi lain. Dia mengatakan, saat ini pihaknya memiliki 1.300 outlet aktif tersebar di 10 negara.
Bahkan, tahun ini pihaknya optimistis akan menambah pasar baru untuk India dan Taiwan. Pasar di India disebutnya sangat besar sehingga ekspektasinya tinggi. Kebab Turki Baba Rafi akan membuka 100 gerai di Bangalore di dua tahun pertamanya. Sedangkan di Taiwan akan dibuka oleh Asosiasi Pengusaha Indonesia Taiwan yang ambil master franchise di sana.
”Justru selama ini mitra luar negeri selalu warga lokal di sana, ” ujar Hendy di Jakarta
Dia menjelaskan ada beberapa tipe investasi franchise yang ditawarkan. Kontainer kebab disebutnya saat ini sedang tren karena praktis dibuka di mana saja, seperti SPBU atau minimarket sehingga tersebar lebih mudah.
Untuk bisa bergabung dengan kontainer kebab terdapat pilihan paket Rp350 juta, Rp250, dan Rp200 juta dengan perbedaan besaran outlet.
”Skenario balik modal untuk bisnis kontainer kebab terbagi untuk reguler atau dikelola sendiri dalam waktu 1,4 tahun dan opsi syariah atau dikelola manajemen bisa balik modal dalam 2 tahun,” ujar Hendy.
Diversifikasi usaha lain selain makanan disebutnya budi daya tambak udang vaname yang saat ini sudah ada 170 kolam. Franchise untuk investasi udang ini disebutnya adalah pertama di Indonesia. Keunggulannya karena relatif lebih stabil dibandingkan bisnis ritel yang fluktuatif. Untuk bisa menjadi mitra waralaba tambak udang, perlu menyetorkan modal awal Rp225 juta per kolam.
Memerlukan empat kali siklus panen untuk bisa break even point (BEP) alias balik modal. Karena untuk sekali siklus panen membutuhkan waktu empat bulan. Dia menjelaskan, saat ini minat investasi bernilai besar masih kurang sehingga para investor akan beralih masuk ke segmen modal menengah yang tidak terlalu besar. Investasi pada properti dan saham masih kurang bagus saat ini. Sementara itu, kompetitor franchise restoran lain masih lebih mahal hingga miliaran sehingga Baba Rafi jadi pilihan menarik.
”Tantangan yang dihadapi bisnis ini adalah kebutuhan regulasi yang stabil. Apabila hasil pilpres sesuai quick count, pengusaha bisa langsung tancap gas,” katanya.
Pengusaha juga butuh daya beli masyarakat yang lebih baik lagi. Saat ini semua investor menunggu pemilu dan syukur berjalan lancar sehingga bisa fokus menata bisnis lagi.
”Pasar dalam negeri masih jadi pilihan. Kini di era digital harus bisa kombinasikan strategi konvensional dan yang kekinian. Intinya inovasi harus dilakukan di segala lini,” ujarnya.