JAKARTA - Menjelang penetapan pemenangan pemilu presiden oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 22 Mei 2019 memberikan situasi politik dalam negeri memanas. Bahkan beredar isu aksi people power yang turun ke jalan memberikan kekhawatiran bagi investor pasar modal. Alhasil kondisi tersebut mendorong tren aksi jual saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Merespon kekhawatiran hal tesebut, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mempersiapkan diri jika indeks harga saham gabungan (IHSG) turun terlalu dalam.
“Protokol krisis selalu ada, cuma kita biasanya kan lihat ke pasar bahwa apabila dalam sehari itu mulai turun lebih dari 2%, kalau 5% kita mulai meeting dengan para otoritas, dan sampai dengan turun 10% itu ada auto-hold yang dimana hari Sabtu kemarin sudah dicoba di antara para anggota bursa dan juga kita IDX ini dan berjalan dengan lancar. Jadi kita juga mempersiapkan itu,” kata Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Laksono Widodo seperti dilansir Harian Neraca, Jakarta, Selasa (21/5/2019).
Baca Juga: IHSG Anjlok, BEI: Dampak Perang Dagang
Disampaikannya, manajemen BEI sudah melakukan uji coba protokol krisis di pasar modal dan hal tersebut untuk mengantisipasi apalabila IHSG turun hingga 10% dalam sehari. Laksono mengakui, jika sentimen negatif yang menerpa IHSG baik dari dalam dan luar negeri memang cukup membuat pihaknya dan pelaku pasar khawatir. Pasalnya, bila dilihat ada beberapa sentimen negatif yang berpotensi membawa IHSG turun seperti kinerja perusahaan tercatat di kuartal pertama yang lebih rendah dibandingkan dengan prediksi analis.