Selanjutnya, dalam upaya menguatkan sektor industri baja nasional, Menperin bertemu dengan jajaran direksi Nippon Steel. “Industri baja merupakan sektor hulu atau disebut juga mother of industries karena berperan penting untuk memasok kebutuhan bahan baku dalam mendukung proyek infrastruktur dan menopang kegiatan sektor industri lainnya,” ujarnya.
Hal tersebut sejalan dengan upaya Kementerian Perindustrian yang sedang fokus mengakselerasi pembangunan klaster industri baja di Cilegon, Banten yang ditargetkan bisa memproduksi hingga 10 juta ton baja pada tahun 2025. Selain itu, Kemenperin juga mempercepat pembangunan klaster industri baja di Batulicin, Kalimantan Selatan dan Morowali, Sulawesi Tengah.
Di samping itu, Menperin akan melakukan pertemuan dengan jajaran direksi Fujitrans Corporation, yang merupakan perusahaan penyedia layanan logistik kepada pelanggan di Jepang dan internasional. Perusahaan ini menawarkan layanan di bidang bongkar muat, pergudangan, bea cukai, pengiriman domestik, transportasi laut, agen asuransi terhadap kerugian, penanganan pengiriman, pengemasan dan lainnya. Perusahaan ini juga mengoperasikan kapal yang dimiliki atau disewa perusahaan yang menawarkan transportasi laut untuk berbagai kargo di seluruh Jepang.
Lembaga pemeringkat Standard and Poor’s (S&P) Global Ratings meningkatkan peringkat utang jangka panjang atau sovereign credit rating Indonesia dari BBB- menjadi BBB dengan outlook stabil pada 31 Mei 2019. Dengan demikian, Indonesia kini memperoleh status layak investasi atau investment grade dari ketiga lembaga pemeringkat internasional, yakni S&P, Moody's, dan Fitch. Airlangga pun menyebutkan, di tahun-tahun mendatang, akan ada lebih banyak kebijakan fiskal dan sektor yang difasilitasi oleh pemerintah.
(Feby Novalius)