WASHINGTON – Badan Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) mengidentifikasi risiko baru yang harus diatasi Boeing Co di 737 MAX sebelum pesawat jenis itu bisa kembali dioperasikan.
Risiko itu ditemukan sela ma tes simulator pekan lalu dan belum jelas apakah masalah itu bisa diatasi dengan perbaikan software atau memerlukan perbaikan hardware yang lebih rumit. Sumber yang mengetahui masalah itu menjelaskan pada kantor berita Reuters secara anonim.
Baca Juga: Boeing Rampungkan Perbaikan Software Pesawat 737 Max
FAA tidak menjelaskan dengan rinci masalah terbaru yang dialami Boeing tersebut. Saat ini Boeing masih bekerja untuk dapat kembali menerbangkan 737 MAX yang berhenti beroperasi di penjuru dunia sejak Maret seusai dua kecelakaan mematikan dalam lima bulan.
“Masalah baru itu berarti Boeing tidak akan melakukan tes terbang sertifikasi hingga 8 Juli dalam skenario terbaik,” kata sumber tersebut. FAA akan menghabiskan waktu dua hingga tiga pekan untuk meninjau ulang hasil investigasi sebelum memutuskan apakah mereka mengizinkan pesawat itu kembali beroperasi.
Bulan lalu, perwakilan FAA menjelaskan pada industri penerbangan bahwa persetujuan 737 MAX dapat terjadi paling cepat pada akhir Juni.
Baca Juga: Minta Maaf, Boeing Akui Kesalahan Sistemnya Sebabkan Dua Kecelakaan Pesawat 737 MAX 8
Produsen pesawat terbesar di dunia itu bekerja keras memperbaiki sistem pencegah stall yang disebut MCAS sejak kecelakaan Lion Air di Indonesia pada Oktober lalu, saat para pilot diyakini kalah setelah melawan software yang berulang kali membuat hidung pesawat menukik turun. Kecelakaan kedua terjadi pada Maret di Etiopia yang juga melibatkan MCAS. Dua kecelakaan itu menewaskan total 346 orang.
“Pada isu paling baru, proses FAA didesain untuk menemukan dan menyoroti berbagai potensi risiko. FAA baru-baru ini menemukan risiko potensial yang harus diantisipasi Boeing,” ungkap pernyataan FAA dalam email pada Reuters. FAA menambahkan, “FAA akan mencabut perintah larang an pesawat saat kami meng anggapnya aman untuk dilakukan.”
Boeing menjelaskan dalam dokumen sekuritas bahwa FAA telah meminta per usahaan itu mengatasi perubahan software tentang kondisi pe ner bangan khusus yang tidak tercakup dalam perubahan software yang sudah dirilis perusahaan. Produsen pesawat asal Amerika Serikat (AS) itu juga menjelaskan, pihaknya sepakat dengan keputusan dan perminaan FAA serta bekerja untuk mengatasi masalah itu.
“Boeing tidak akan menawarkan 737 MAX untuk sertifikasi oleh FAA hingga kami telah pusat seluruh persyaratan untuk sertifikasi MAX, dan pesawat itu aman untuk kembali beroperasi,” ujar Boeing dalam dokumen itu.
Pesawat Boeing menjadi pusat kecurigaan dan pengujian didesain untuk mengetahui berbagai cacat yang ada setelah proses sertifikasi beberapa tahun. Dua orang yang mengetahui masalah itu menjelaskan pa da Reuters bahwa FAA menguji pilot selama tes sim ulator pekan lalu yang menjalankan berbagai skenario untuk mengaktifkan sistem pencegah stall MCAS.
“Selama satu aktivasi, pesawat membutuhkan waktu lama untuk memulihkan sistem trimstabilizer yang digunakan untuk mengontrol pesawat,” ungkap sumber itu. Belum jelas apakah situasi yang mengakibatkan penurunan hidung pesawat tanpa perintah itu bisa diatasi dengan perbaikan software atau itu masalah mikroprosesor yang memerlukan penggantian hardware.
(Dani Jumadil Akhir)