Impian Industri Migas untuk Jaga Ketahanan Energi

, Jurnalis
Senin 12 Agustus 2019 07:46 WIB
Kilang (reuters)
Share :

 Tantangan

Direktur Indonesia Petroleum Association (IPA), Nanang Abdul Manaf mengatakan tantangan untuk memenuhi kebutuhan energi primer yang ada harus dipandang dengan optimis.

Menurut dia, tidak ada kata lain untuk meningkatkan produksi selain melakukan eksplorasi dan penggunaan teknologi EOR.

"Migas sudah ada di lapangan tersebut sehingga harus dipikirkan bagaimana meningkatkan recovery factor. Kondisi primary sebesar 25-35 persen, berarti masih sisa sekitar 70-75 persen yang harus diangkat. Nah, untuk mengangkatnya diperlukan teknologi," ujarnya.

Dari 60 basin atau cekungan yang ada di Indonesia, menurut dia, baru sekitar 16 cekungan yang dimanfaatkan.

Untuk memaksimalkan cekungan itu, investor migas sangat berharap penyelenggaraan perizinan untuk investasi di Indonesia dibuat lebih sederhana dan berada di bawah satu payung kelembagaan sehingga terjadi kolaborasi antar instansi yang terkait dan proses perizinan dapat berjalan lebih cepat.

"Saat ini masih ditemukan kebijakan yang tumpang tindih antara instansi yang satu dengan yang lainnya, termasuk antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah," kata Nanang.

Dengan kondisi tersebut, lanjut dia, fokus investor mencari migas pun terganggu karena ada beban pengurusan perizinan yang bertambah. Maka dari itu, kemudahan perizinan investasi harus dapat bersaing dengan negara tetangga.

Pemerintah seyogyanya memahami bahwa investor memiliki pilihan untuk menaruh investasinya di mana saja, apakah di Indonesia atau negara lainnya.

"Investor itu tidak punya loyalitas, mereka bisa memilih akan berinvestasi di mana mereka suka. Kalau ada yang memberatkan, mereka akan pindah karena investasi migas membutuhkan dana yang tidak sedikit," ucapnya.

Menurut Nanang, Indonesia sedang berkompetisi dengan negara tetangga untuk menarik sejumlah investor global.

"Negara-negara lain juga menginginkan investasi dari investor global. Sebagai investor, kita ingin berhadapan dengan aturan yang simpel, dan satu payung (lembaga) saja," katanya.

Maka itu, Nanang mengatakan, pemerintah perlu meningkatkan iklim investasi yang baik sehingga dapat mengundang investor migas global masuk dengan tetap menghormati kesucian kontrak (contract sanctity) yang telah disepakati sebelumnya.

Sementara itu, praktisi migas nasional, Tumbur Parlindungan mengatakan bahwa hal utama yang dibutuhkan investor migas adalah "contract sanctity" yang disepakati sebelumnya.

"Contract sanctity, itu yang paling utama. Karena investasi migas bersifat puluhan tahun maka investor tidak bisa melakukan evaluasi kalau kontraknya dapat berubah-ubah setiap saat. Itu menjadi catatan teratas permasalahan," tegasnya.

Dalam sepuluh tahun terakhir, berdasarkan data Laporan Kinerja Ditjen Migas 2018, puncak investasi hulu migas terjadi di 2013 dan 2014 yang mencapai 20,384 miliar dolar AS dan 20,380 miliar dolar AS. Sementara tahun lalu, investasi hulu migas tercatat merosot jauh menjadi 11,995 miliar dolar AS.

Pengamat migas dari Reforminer Institute, Pri Agung Rakhmanto menambahkan, faktor internal dan eksternal punya peranan masing-masing untuk mendorong ataupun menghambat datangnya arus modal masuk ke Tanah Air.

Dari eksternal, dinamika harga minyak dunia cukup mempengaruhi investor migas global untuk selektif memilih proyek migas di berbagai negara berdasarkan tingkat keekonomian proyek yang ada.

Sementara dari sisi internal, kata kunci yang perlu menjadi perhatian untuk menghadirkan investasi hulu migas adalah kualitas regulasi berdaya saing global.

Mungkin Indonesia telah banyak melakukan deregulasi, tapi mungkin juga belum kompetitif.

Sedianya itu masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah Indonesia untuk menghadirkan regulasi yang menarik bagi investor dalam melakukan eksplorasi, fleksibilitas regulasi harus lebih ditingkatkan karena dampak eksplorasi yang paling konkret adalah ketahanan energi itu sendiri.

(Fakhri Rezy)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya