Impian Industri Migas untuk Jaga Ketahanan Energi

, Jurnalis
Senin 12 Agustus 2019 07:46 WIB
Kilang (reuters)
Share :

JAKARTA - Ketahanan energi nasional dinilai belum sesuai dengan harapan seiring dengan kebutuhan minyak dalam negeri yang masih mengandalkan impor sehingga berimbas pada defisit neraca minyak dan gas bumi (migas) Indonesia.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru menunjukkan pada Januari-Juni 2019, perdagangan gas surplus USD3,30 miliar, sedangkan minyak mentah dan hasil olahan minyak defisit USD8,08 miliar. Kombinasi itu mencatatkan defisit neraca migas sebesar USD4,78 miliar.

Gas masih mencatatkan surplus. Namun, apabila ke depan tidak ada eksplorasi baru, bisa jadi Indonesia menjadi negara net importir gas, mengikuti minyak.

 Baca juga: Menteri ESDM: Saat Ini Bukan Lagi Era Besar Kalahkan yang Kecil

Secara alami cadangan migas pada masing-masing blok yang ada di Indonesia akan terus berkurang. Bila jumlahnya tidak ditambah, target energi primer 2025 agaknya seperti mimpi belaka.

 

Karena itu, percepatan produksi dari sumur-sumur yang sudah ada harus terus digenjot mengingat hingga saat ini relatif belum ditemukan lagi "giant discovery" untuk minyak bumi.

Untuk mempercepat produksi diperlukan kecepatan pengambilan keputusan dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) karena lebih dari 20 wilayah kerja (WK) migas akan dikelola oleh KKKS baru dengan komposisi 60 persen merupakan "mature asset".

 Baca juga: Subsidi Energi Alami Penurunan, Dialihkan ke Mana Alokasi Anggarannya?

Kecepatan keputusan diharapkan dapat mendukung target SKK Migas untuk mencapai produksi nasional sebesar satu juta barrel oil per day (BOPD), yang merupakan tantangan tersendiri juga bagi kontraktor migas untuk agresif mencari wilayah eksplorasi.

"Sekarang yang bisa kami lakukan adalah mempercepat 'onstream production'. Kedua, dari sisi produksi dapat mengandalkan Enhanced Oil Recovery (EOR) dan 'work over'. Kalau kami tidak melakukan apa-apa nanti tidak bisa dapat apa-apa," tegas Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Fatar Yani Abdurrahman mengutip antaranews, Jakarta, Senin (12/8/2019).

Di sisi lain, upaya menambah jumlah eksplorasi migas juga harus tetap terus dilakukan, meski hasil yang didapatkan membutuhkan waktu yang tidak singkat.

Eksplorasi, merupakan kegiatan mencari sumber cadangan migas, akan menimbulkan multiplier effect di antara lain berupa FDI (foreign direct investment), penemuan cadangan baru, yang akhirnya diharapkan dapat mengurangi impor migas.

 Baca juga: Subsidi Energi Menurun, dari 46,79 Juta Kl ke 7,15 Juta Kl

Fatar mengklaim ada kenaikan temuan gas, salah satunya terdapat di Masela. Begitu juga proyek laut dalam (IDD) yang juga menjadi salah satu potensi besar, rencananya sudah berproduksi pada 2025.

"Hingga 2027 setidaknya ada 42 proyek hulu migas yang akan menambah produksi sebesar 1,1 juta barrel oil equivalent per day (BOEPD). Proyek-proyek tersebut akan mendatangkan investasi senilai 43,3 miliar dolar AS," jelas Fatar.

Dari sisi konsumsi, SKK Migas merekomendasikan ada upaya konversi dari gas menjadi listrik, sehingga temuan-temuan cadangan gas dapat dimanfaatkan secara optimal untuk keperluan domestik sekaligus untuk mengurangi impor minyak.

Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang ditetapkan Pemerintah pada 2017, kontribusi minyak dan gas bumi untuk energi primer pada 2025 masih relatif tinggi. Saat ini, bauran energi primer dari fossil sebesar 47 persen migas, yaitu terdiri dari 25 persen untuk minyak dan 22 persen gas bumi.

Dalam konteks optimasi produksi minyak bumi, terdapat hal yang mengejutkan karena perkiraan produksi minyak bumi berdasarkan RUEN berbeda cukup signifikan dengan realisasi terkini.

Berdasarkan RUEN, produksi minyak bumi pada 2019 diperkirakan berada di bawah 600.000 BOPD. Sementara data SKK Migas menunjukkan produksi minyak saat ini masih berada pada angka 759.000 BOPD per Juni 2019.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya