BEKASI - Industri 4.0 memunculkan adanya gerakan mobilisasi dan orkestrasi, dimana segala benda baik buatan alam maupun manusia sama-sama terhubung dengan manusia dari segala belahan dunia. Kedua hal ini merupakan bagian dari interconnected society yang timbul dari 6 pilar teknologi.
"6 pilar teknologi yang dimaksud, Internet of Things (IoT), Cloud Computing, Big Data analystic, Artificial Intelligence (AI), Super Apps, dan Broadband Infrastructure," kata Guru Besar UI Rhenald Kasali di Jatiwarna, Bekasi.
Baca juga: Menperin: Diaspora Bisa Ambil Peluang Bisnis di Era Industri 4.0
Mobilisasi sendiri menjadi salah satu upaya menciptakan sebuah gerakan besar, yang dampaknya kebanyakan bersifat negatif. Salah satu upaya mobilisasi yang paling banyak dilakukan, yakni kampanye di media sosial menggunakan tagar. Rhenald menilai cara ini tak selalu bersih dari kepentingan pihak tertentu.
"Dalam kampanye ini tentu banyak pihak-pihak yang berkepentingan yang memanfaatkan isu yang sedang hangat dibahas netizen, demi mewujudkan kepentingannya," ujar Guru Besar Ilmu Manajemen FEUI itu.
Baca juga: Peran Generasi Petani Milenial di Era Pertanian 4.0
Rhenald juga menjelaskan upaya orkestrasi pada era yang disebutnya MO, sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan sebuah perusahaan. Pasalnya, saat ini banyak perusahaan yang mengalami keterpurukan lantaran masih mengadopsi teori dan model bisnis yang lama. Sementara beberapa perusahaan justru mengalami perkembangan yang signifikan karena melakukan ekosistem bisnis dengan berbagai recources yang ada di luarnya.
"Contoh perusahaan yang melakukan ekosistem bisnis, iPhone yang bisa mendapatkan game dengan jumlah banyak dan beragam dari developer di luar Apple," jelas pria lulusan University of Illinois itu.
Baca juga: Hadapi Era 4.0, Polri Luncurkan Sistem Pengelolaan Informasi Terpadu
Rhenald menilai masih banyak kalangan masyarakat yang gagal paham dengan perkembangan teknologi saat ini, karena masih berpegang dengan paradigma yang lama. Padahal gejala mobilisasi dan orkestrasi sebagai dampak dari digitalisasi, semakin jelas terlihat.
"Karena itulah kita membutuhkan lensa baru untuk meneropong apa yang sebenarnya tengah terjadi, agar tidak terjadi gagal paham," tandasnya.