JAKARTA - British American Tobacco (BAT) akan segera melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran. Pasalnya, perusahaan yang berbasis di London ini ingin menyederhanakan bisnisnya.
Dilansir dari situs resmi BAT, Jakarta, Kamis (12/9/2019), induk usaha PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) akan menciptakan perusahaan yang lebih efisien, gesit dan terfokus. Mereka akan melakukan beberapa hal untuk mewujudkan tujuan mereka.
Baca juga: Bantoel Group Bidik Penjualan Ekspor Capai Rp1,8 Triliun Tahun Ini
Chief Executive dari BAT Jack Bowles, turut buka suara. Ia mengatakan bahwa sejak awal fokusnya adalah untuk membuat perusahaan ini menjadi lebih kuat.
"Sejak Saya menerima posisi ini 5 bulan yang lalu, Saya selalu ingin membuat BAT menjadi lebih kuat, simpel, dan memastikan bahwa masa depan perusahaan ini baik-baik saja," ungkapnya.
Baca juga: Kerugian Membesar, BEI Minta Penjelasan Bentoel
Dirinya bertujuan untuk mengawasi perubahan akan langkah pertumbuhan baru dan secara signifikan menyederhanakan cara kerja dan proses bisnisnya.
"Sambil memberikan pengembalian jangka panjang yang berkelanjutan bagi pemegang saham kami. Ini adalah langkah pertama yang vital untuk membantu mencapai tujuan ini," ujarnya.
Baca juga: Naik 26,75%, Rugi Bentoel Membengkak Jadi Rp608,46 Miliar
Program, yang direncanakan akan selesai secara substansial pada Januari 2020 membuat bayang-bayang pengurangan tenaga kerja sekira 2.300 pekerja secara global. Dengan fokus pada penyederhanaan dan penghapusan lapisan manajemen, diharapkan bahwa lebih dari 20% pekerja senior dalam organisasi akan terpengaruh.
"Program demi signifikansi ini memang menyulitkan orang-orang kami, namun ini adalah keputusan yang tepat bagi bisnis kami," tambahnya.
Menurutnya, program ini akan membuat BAT mencapai target laba hingga 5 miliar pondsterling pada 2023-2024.
PT Bentoel Internasional Investama Tbk atau Bentoel Group (IDX: RMBA) adalah perusahaan rokok terbesar kedua di Indonesia. Perusahaan ini berpusat di Jakarta dan Malang. Pada 17 Juni 2009, perusahaan ini diakuisisi oleh British American Tobacco, perusahaan rokok terbesar kedua di dunia dengan saham 85%.
(Fakhri Rezy)