JAKARTA - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mendorong produksi baterai lithium tidak hanya dari nikel, mineral yang ada di Indonesia namun juga dari garam.
Baterai lithium ini diperkirakan akan banyak diperlukan di Indonesia untuk industri kendaraan listrik seperti motor listrik GESITS dan mobil listrik.
Baca Juga: Isi Ulang Baterai Kendaraan Listrik Gratis hingga Akhir Tahun
"Motor listrik itu perlu baterai. Baterainya itu sekarang lithium dan kabar baiknya adalah baterai lithium itu bisa dibuat di Indonesia, karena memang ada komponennya," ungkap Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro dikutip dari siaran pers, Kamis (7/11/2019).
Terkait produksi baterai lithium dengan bahan baku nikel, saat ini pemerintah sudah mengizinkan pendirian pabrik baterai PT QMB New Energy Materials di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Sulawesi Tengah. Pabrik hasil kerja sama Indonesia, Jepang, dan China ini akan mengolah nikel menjadi baterai yang siap dipakai oleh berbagai jenis kendaraan listrik.
"Komponen pertama yang bisa jadi baterai lithium, yang memang sudah siap secara teknologi itu dari unsur nikel. Di Morowali sudah dibangun pabrik baterai lithium. Mudah-mudahan bisa menjadi tulang punggung dari baterai lithium untuk motor listrik atau mobil listrik kita di masa depan," harap Bambang Brodjonegoro.
Menristek/Kepala BRIN mengaku optimis Indonesia dapat memproduksi baterai lithium dari nikel, namun ada satu inovasi pembuatan baterai lithium yang sudah dikembangkan oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Inovasi ini dapat memproduksi baterai lithium secara lebih terjangkau.