JAKARTA - Ir Ciputra tidak hanya seorang pengusaha di bidang industri properti. Tetapi dia juga menciptakan landmark yang menjadi bagian dari peradaban di Ibu Kota.
Filantrophis yang lahir di Parigi, Sulawesi Tengah, 24 Agustus 1931 ini awalnya bukanlah siapa-siapa. Dia menjalani masa kecil yang tidak mudah karena harus kehilangan ayahnya yang ditangkap dan ditahan tentara penjajah.
Baca Juga: Ciputra Meninggal Dunia, Anak: Kami Kehilangan Sosok Ayah Sekaligus Pemimpin
Setelah kehilangan ayahnya, Pak Ciputra menjadi tulang punggung keluarga. Sejak kecil, Pak Ciputra sudah menunjukkan ketertarikannya terhadap dunia bisnis, arsitektur dan seni, yang tercermin dari intuisinya dalam merenovasi sebuah bangunan gudang.
Ir Ciputra muda penuh semangat dan hasrat mengejar pendidikan jurusan arsitek sampai ke kota Bandung. Setelah lulus dari dari Institut Teknologi Bandung tahun 1960, beliau resmi menyandang gelar Insiyur.
Baca Juga: Filosofi Ciputra: Mengubah Kotoran dan Rongsokan Jadi Emas
Sebuah gelar yang bergengsi dan profesi yang menjanjikan di masa itu. Sepanjang karirnya bekerja, beliau dikenal sebagai seorang pelopor bidang usaha properti di Indonesia. Kemampuannya teruji sukses merintisdan membesarkan tiga grup korporasi yakni Grup Jaya, Grup Metropolitan, dan Grup Ciputra. Dari sinilah lahir mahakarya Ir Ciputra.
Cikal Bakal Pasar Senen dan Ancol
Bermula dari tahun 1960-an, dengan menggandeng Pemerintah DKI Jakarta, beliau membentuk PT Pembangunan Jaya. Proyek pertamanya adalah membangun sebuah pusat belanja modern pertama di Indonesia di atas lahan seluas 15 hektar, yang kemudian dikenal sebagai Proyek Pasar Senen.
Belum selesai membangun proyek Pasar Senen, Pak Ciputra mulai menggagas pembangunan proyek monumental lainnya di bagian utara kota Jakarta di atas lahan rawa yang tidak produktif seluas 550 hektare, yaitu Taman Impian Jaya Ancol.
Dengan konsep dan gagasan beliau, Ancol berubah menjadi kawasan pariwisata terpadu bertema pantai, yang dilengkapi convention center, perhotelan, pasar seni, wisata belanja, water park, taman rekreasi keluarga dan wisata pantai.
Bintaro
Selanjutnya melalui Grup Jaya juga, Ir Ciputra berkontribusi mengembangkan Kota Satelit Bintaro Jaya yang dimulai pada tahap awal di areal seluas 100 hektare. Kini, Bintaro Jaya telah berubah menjadi kota satelit dengan areal seluas 2.321 hektare yang di dalamnya berisi hunian, mal, hotel, pusat kuliner, dan pertokoan.
Pondok Indah
Berkolaborasi merintis Grup Metropolitan. 10 tahun kemudian di tahun 1970-an, Ir Ciputra bersama teman-teman koleganya mendirikan Grup Metropolitan.
Raja Properti itu mengembangkan sederet karya monumental di bawah kendali Grup Metropolitan. Bekerjasama dengan Grup Salim, dikembangkanlah kawasan Pondok Indah yang merupakan hunian prestisius elit seluas lebih 500 hektar di Selatan Kota Jakarta yang terdiri dari perumahan, mal, hotel, perkantoran, lapangan golf, apartemen, dan rumah sakit.
Kini Rumah Sakit Pondok Indah dan Mal Pondok Indah 1&2 merupakan beberapa fasilitas pendukung yang turut dibangun dalam kawasan Pondok Indah ini.
Setelah itu, Grup Metropolitan mengembangkan kompleks perkantoran modern World Trade Center (WTC) di pusat bisnis Kota Jakarta yang terdiri dari 5 tower dari rencana pengembangan 7 tower.
Selain itu, beliau juga terlibat mengembangkan kawasan hunian prestisius lainnya di bagian Barat Jakarta, yaitu Puri Indah lengkap dengan RSPI Puri Indah dan Mal Puri Indah Jakarta.
Bumi Serpong Damai
Menggabungkan kekuatan Grup Metropolitan, Grup Jaya, Grup Salim, dan Grup Sinarmas, Pak Ciputra kemudian menggagas pembangunan kota mandiri pertama di Indonesia, yakni Bumi Serpong Damai.
Bumi Serpong Damai merupakan sebuah kawasan hunian terpadu di Tangerang Selatan dengan luas sekitar 6.000 hektare terdiri dari hunian, mal, hotel, universitas, perkantoran, kompleks pertokoan, dan lapangan golf.
Di bawah Grup Metropolitan ini pula, Bapak Ciputra memiliki visi untuk melakukan diversifikasi di bidang teknologi dengan mendirikan Metrodata, yakni sebuah perusahaan yang bergerak bidang bisnis teknologi informasi.
(Feby Novalius)