NEW YORK - Wall Street ditutup jatuh pada perdagangan Jumat (24/1/2020) waktu setempat. Hal ini imbas aksi jual yang cukup luas karena investor meninggalkan ekuitas di tengah kekhawatiran yang berkembang atas ruang lingkup wabah virus korona.
Melansir Reuters, Jakarta, Sabtu (25/1/2020), Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 170,36 poin atau 0,58% menjadi 28.989,73, sedangkan S&P 500 kehilangan 30,09 poin atau 0,90%, menjadi 3.295,45. Sementara itu, Nasdaq Composite turun 87,57 poin atau 0,93% ke 9.314,91.
Baca juga: Saham Netflix Pacu Indeks Nasdaq Menuju Level Tertinggi
Ketiga indeks utama AS ini lesu dengan S&P 500 mengalami penurunan persentase sehari terbesar dalam lebih dari 3 bulan. Hal ini dikarenakan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit mengonfirmasi kasus kedua virus korona di AS, tepatnya di Chicago.
S&P 500 dan Dow mengakhiri minggu terburuk mereka sejak Agustus dan Nasdaq mengakhiri enam minggu berturut-turut.
Baca juga: Wall Street Tertekan Wabah Virus Korona dan Penurunan Prediksi Ekonomi Dunia oleh IMF
Pelaku pasar mengawasi dengan cermat perkembangan seputar virus corona, di mana, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menganggap sebagai keadaan darurat di China. Apalagi telah menewaskan 26 orang dan menginfeksi lebih dari 800 orang pada malam liburan Tahun Baru Imlek.
"Pasar membenci ketidakpastian dan virus sudah cukup untuk menyuntikkan ketidakpastian di pasar," kata David Carter, kepala investasi di Lenox Wealth Advisors di New York.
Tetapi beberapa analis percaya para investor mencari alasan untuk mengambil uang dari meja.
Baca juga: Wall Street Cetak Rekor Baru
"Virus ini sebenarnya lebih merupakan alasan untuk mengambil keuntungan saat ini," kata Sam Stovall, kepala strategi investasi CFRA Research di New York.
Saham Intel Corp (INTC.O) melonjak 8,1% setelah melaporkan lompatan pendapatan pusat data dan komputasi awan dan memperkirakan pendapatan 2020 yang lebih baik dari perkiraan.
Perusahaan kredit konsumen American Express Co (AXP.N) diuntungkan dari lingkungan penjualan ritel AS yang kuat, membukukan kenaikan pendapatan tahunan 9% yang lebih baik dari perkiraan. Stoknya naik 2,8%.