JAKARTA – Harga daging babi di China terpantau melonjak sebesar 116% sepanjang Januari 2020. Kenaikan ini termasuk signifikan karena pada Desember 2019 saja, harga daging babi sudah naik 97%.
Kenaikan harga daging babi yang fantastis ini sejalan dengan harga pangan Negeri Tirai Bambu yang naik 20,6% pada awal 2020. Selain itu, harga daging babi ini juga juga mendorong inflasi menjadi 5,4%.
Baca juga: Waspada, Daging Celeng Beredar di Kabupaten Bandung
Melansir CNBC, Jakarta, Selasa (11/2/2020), Reuters memperkirakan tingkat konsumsi akan naik 4,9% per tahunnya. Prediksi kenaikan tingkat konsumen ini didorong oleh perayaan Tahun Baru Imlek dan penyebaran wabah virus corona.
Sebagai informasi, harga daging babi di China telah meningkat karena penyaktit African Swine Fever (ASF), yang menewaskan sejumlah besar populasi babi. Permintaan daging babi juga biasanya akan meningkat menjelang Tahun Baru Imlek.
Baca juga: Wamendag: Daging Celeng Boleh Diperjualbelikan Asal Informasi Jelas
Pada kesempatan yang sama, wabah virus corona yang berasal dari kota Wuhan, China ini memungkinkan telah menyebabkan beberapa gangguang dalam pasokan makanan.
“Tampaknya gangguan pasokan dan penimbunan makanan disebabkan oleh wabah virus corona sehingga menyebabkan harga pangan naik, bahkan setelah Tahun Baru China. Biasanya harga pangan memang tinggi saat Tahun Baru China, kemudian dengan sendirinya akan turun kembali,” ungkap Ekonomi Senior Tiongkok, Julian Evans-Pritchard.
Baca juga: "Jual Daging Celeng, Itu Bunuh Diri"
Ahli strategi pasar global di J.P. Morgan Asset Management, Hannah Anderson mengatakan harga pangan di China masih belum bisa diprediksi beberapa bulan mendatang.
Dia menambahkan, inflasi di China pada tahun ini akan bergantung pada kecepatan kegiatan ekonomi berlanjut setelah wabah virus.
(Fakhri Rezy)