JAKARTA - Indonesia masih memiliki ketergantungan impor bahan makanan dan minuman dari China. Dengan terus merebaknya virus korona di negeri tirai bambu tersebut, langkah antisipasi harus disiapkan untuk menghindari permasalahan logistik.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan masih tingginya impor makanan dan minuman dari China menyebabkan sektor tersebut akan terdampak dari merebaknya virus korona. Hal tersebut menyusul terganggunya aktivitas pelabuhan di China.
Baca Juga: Bill Gates Sebut Virus Korona Bisa Jadi Paling Mematikan dalam Abad Ini
"Kalau kita bicara makanan dan minuman masih banyak impor dari China. Hanya saja sekarang juga ada masalah logistik dan penutupan pelabuhan di sana," ungkap Adhi S. Lukman saat hadir dalam Polemik MNC Trijaya FM, Jakarta, Sabtu (29/2/2020).
Adhi menjelaskan bahwa aktivitas impor bahan makanan dan minuman yang tidak memiliki posibilitas penularan virus korona tetap diperlukan adanya langkah antisipasi. "Kita harus antisipasi produk logistik ya itu," ujarnya.
Terganggunya impor sparepart juga mengakibatkan aktivitas produksi dalam negeri ikut terganggu. "Juga mesin-mesin sparepart juga masih impor. Jadi terjadi hambatan produksi," tambah Adhi.
Baca Juga: 124 Jamaah Umrah Asal Lamongan Tertunda Berangkat ke Arab Saudi
Adhi berharap terganggunya impor ini tak berkepanjangan. Namun kasus virus korona yang meningkat terjadi di Korea Selatan dan Italia dikatakan Adhi perlu adanya antisipasi yang dilakukan Pemerintah.
"Mudah-mudahan tidak berkelanjutan. Tapi yang perlu dikhawatirkan Korea. Kedua yang di Italia. Mungkin pemerintah perlu mengantisipasi," pungkas Adhi.
Sementara itu, Adhi juga mengatakan diperlukan adanya kolaborasi antara dunia usaha dan Pemerintah. Adhi menilai semua pihak harus bekerja sama untuk memerangi permasalahan ini.
"Dikolaborasikan dunia usaha dan Pemerintah. Jangan sampai berjalan sendiri-sendiri, semua pihak harus berkolaborasi," katanya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)