JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memprediksi bahwa defisit transaksi berjalan akan rendah. Hal ini didorong akan beberapa faktor.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, rendahnya defisit transaksi berjalan meskipun ekspor menurun. Hal ini sejalan dengan penurunan permintaan dan harga komoditas dunia.
Baca juga: Setelah Defisit di 2018, Neraca Pembayaran 2019 Surplus USD4,7 Miliar
"Secara keseluruhan, defisit transaksi berjalan di Triwulan I-2020 diperkirakan akan lebih rendah dari 1,5% PDB," Jakarta, Selasa (14/4/2020).
Dari penurunan ekspor tersebut, lanjutnya, neraca perdagangan diprakirakan membaik dipengaruhi oleh penurunan impor yang lebih tinggi. Di mana, akibat menurunnya permintaan domestik dan berkurangnya kebutuhan input produksi untuk kegiatan ekspor.
Baca juga: Defisit Transaksi Berjalan Turun Jadi 2,72% pada 2019
Sementara itu, Perry mengatakan, defisit neraca jasa juga diprakirakan lebih rendah. Didorong oleh penurunan devisa untuk biaya transportasi impor serta penurunan devisa pariwisata yang tidak setinggi yang diprakirakan.
"Defisit neraca pendapatan primer pun menurun sejalan dengan berkurangnya penurunan kepemilikan asing pada instrumen keuangan domestik," ujarnya.
Sementara itu, aliran modal asing diprakirakan akan berangsur-angsur kembali masuk ke Indonesia sejalan dengan meredanya kepanikan pasar keuangan global dan membaiknya ekonomi domestik.
"Secara keseluruhan prospek NPI 2020 yang tetap baik dapat memperkuat ketahanan sektor eksternal Indonesia," ujarnya.
(Fakhri Rezy)