JAKARTA - PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) memutuskan untuk memotong gaji karyawan. Para karyawan mengaku tidak dilibatkan dalam mengambil keputusan tersebut.
Jumlah pemotongan dilakukan ini beragam dari mulai 10% hingga 50% dengan varian jabatan yang berbeda. Mengomentari keputusan tersebut Ketua Ikatan Awak Kabin Garuda Indonesia (IKAGI) Zainal Mutaqin memahami bahwa keputusan sebagai suatu kebijakan perusahaan untuk melakukan recovery terhadap keuangan perusahaan.
"Sepanjang itu (untuk melakukan recovery terhadap keuangan perusahaan) kami setuju. Karena memang tidak bisa dipungkiri dan mau tak mau harus diambil perusahaan," ujar Zainal kepada Okezone.
Namun, tegasnya, ada sedikit imbaun dari kebijakan pahit tersebut. Para awak kabin Garuda Indonesia berharap kebijakan itu dilakukan profesional. Paling tidak, pembahasannya melibatkan serikat pekerja, karena pada saat pertemuan management dengan para awak kabin, sifatnya hanya arahan bukan pembahasan dan keputusan pemotongan gaji.
Baca Juga : 6 Anak Usaha Garuda Indonesia Dimerger, Dirut: Karyawan Bakal Dilalihkan
"Idealnya, serikat pekerja harus diikutsertakan. Tapi dengan kondisi seperti ini kita tidak bisa jauh ke sana. Saya melihat tidak ada diskusi bersama. kalau membaca surat edarannya, itu posisi pilot dan VP sama dengan service manager," terangnya.
Mengenai pemotongan pendapatan, menurutnya, alangkah baiknya jika pemotongan itu dilakukan secara bertahap dari pendapatan tertinggi. Namun praktiknya tidak. Hal inilah yang menjadi pertanyaan para awak kabin.
Baca Juga : Garuda Tauberes Ditutup, Garuda Bisa Lebih Efisien
Dia mengakui, pernah diajak berdiskusi dua kali dengan pihak management. Namun isi pertemuan melakukan sosialisasi keputusan bukan pembahasan. Dengan demikian, peran serikat pekerja yang menaungi para awak kabin menjadi tidak maksimal.
"Reaksi dari teman ada sebagian yang protes, karena tidak diikutkan dalam pembahasan. Kami juga sudah dikasih tahu keputusan pemotongan gaji dengan range 10% hingga 50%, sebelum adanya keputusan itu," ujarnya.