JAKARTA – Bank Indonesia diprediksi memangkas suku bunga acuan alias BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) ke level 4,0%.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, pemangkasan suku bunga acuan ini karena BI telah mempertimbangkan beberapa indikator makro ekonomi. Inflasi hingga akhir tahun 2020 diperkirakan tetap stabil dibawah kisaran 3%, masih dalam target sasaran inflasi BI tahun ini di kisaran 3±1%.
Baca Juga: Tertekan Covid-19, BI Ramal Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Hanya 0,9%-1,9%
Pada RDG bulan Juli, BI diperkirakan berpotensi memangkas BI7RR sebesar 25 bps ke level 4,00% mempertimbangkan beberapa indikator makroekonomi. Pertama, tekanan inflasi yang cenderung rendah mengingat inflasi dari sisi permintaan yang cenderung rendah mengindikasikan bahwa daya beli masyarakat yang menurun tajam," kata Josua di Jakarta, Kamis (16/7/2020).
Kata dia, tekanan inflasi yang rendah tersebut terindikasi dari inflasi per Juni yang tercatat <2%. Data-data lainnya yang turut mendukung lemahnya konsumsi rumah tangga adalah penurunan tajam dari indeks kepercayaan konsumen, penjualan eceran, nilai tukar petani, penjualan otomotif yang mengindikasikan konsumsi masyarakat berpotensi mengalami kontraksi.
Baca Juga: Menanti Kebijakan Suku Bunga Acuan BI, Ada Kejutan?
Lalu, perkembangan nilai tukar rupiah dalam jangka pendek ini yang cenderung stabil ditunjukkan dengan volatilitas nilai tukar rupiah secara rata-rata menurun yang terindikasi dari one-month implied volatility yang menurun menjadi 11,3% sepanjang bulan Juli ini dari bulan Juni yang yang tercatat di kisaran 12-13%.
"Penurunan volatilitas rupiah tersebut sejalan dengan penurunan volatilitas di pasar keuangan global," katanya.
Sedangkan faktor penurunan suku bunga ini melihat, defisit transaksi berjalan (CAD) pada 2Q20 diperkirakan tetap rendah dan bahkan lebih rendah dibandingkan CAD pada 1Q20 yang tercatat -1,4% terhadap PDB.
"Penurunan defisit transaksi berjalan tersebut terindikasi dari surplus neraca perdagangan pada 2Q20 yang tercatat surplus USD2,91miliar, meningkat dari kuartal sebelumnya yang tercatat surplus USD2,59miliar," katanya.
Dia menambahkan ekspektasi kembali menurunnya defisit transaksi berjalan pada 2Q20 mengindikasikan bahwa aktivitas investasi serta permintaan domestik yang lemah sehingga mendorong ekspektasi perlambatan ekonomi yang signifikan pada 2020.
Baca Juga: Menanti Kebijakan Suku Bunga Acuan BI, Ada Kejutan?
Secara keseluruhan, penurunan suku bunga acuan BI bertujuan untuk memberikan stimulasi bagi perekonomian domestik khususnya sisi permintaan perekonomian dan mendukung aktivitas produksi yang secara gradual mulai membaik khsusnya dalam mendorong penurunan suku bunga perbankan sedemikian sehingga dapat mengakselerasi momentum pemulihan ekonomi nasional.
"Suku bunga instrumen BI yakni Reverse Repo SUN dalam 1-2 minggu terakhir ini menunjukkan penurunan yang pada umumnya mengindikasikan penurunan suku bunga acuan BI," tandasnya
(Kurniasih Miftakhul Jannah)