JAKARTA - Ada dua hal yang sedang ditunggu oleh investor di Tanah Air. Dua hal tersebut adalah kabar terkait pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 dan laporan keuangan emiten.
Baca Juga: Singapura Resesi, Faisal Basri: Insya Allah Indonesia Tidak
Saat ini market Indonesia sedang menunggu laporan terkait pertumbuhan ekonomi kuartal II yang disebut akan mengalami kontraksi akibat pandemi Covid-19.
"Cuma sekarang pertanyaannya adalah seberapa dalam turun? ada yang mengatakan sekitar 3%, 4,5% atau 4,6%. Kita lihat, apakah memang lebih dalam atau tidak, tetapi kalau kita lihat sebetulnya sudah direspons pelaku pasar," ujar Head of Research MNC Sekuritas Edwin Sebayang dalam acara Market Opening IDX Channel, Senin (20/7/2020).
Baca Juga: Pengusaha Prediksi Ekonomi Indonesia Minus 5% di Kuartal II-2020
Selain itu, Edwin juga menyebut para investor juga sedang menanti laporan keuangan emiten terutama di sektor-sektor yang memberikan sumbangan terbesar terhadap indeks.
"Misalnya perbankan, bagaimana kinerjanya, lalu juga konsumer, lalu juga kita lihat ritel seperti apa sebagai penahan, nah itu sektor komoditas yang akan ditunggu kinerjanya," kata dia.
Jika pergerakan ekonomi nasional pada kuartal II-2020 mengalami kontraksi, dia memprediksi pada kuartal III-2020 ekonomi Indonesia akan lebih positif pergerakannya.
"Jadi, memang indeks ini sampai akhir tahun antara 54 sampai 56 apakah ini termasuk skenario netral atau optimis, tapi kita masuk kuartal III dan IV cenderung positif dan menguat," ucapnya.
Sebelumnya, ekonom dari Universitas Indonesia Faisal Basri menilai, Indonesia tidak akan bernasib seperti Singapura. Sebab, peranan ekspor barang dan jasa dalam produk domestik bruto (PDB) sangat tinggi, bahkan jauh lebih besar dari PDB, yaitu 174%. Hal tersebut karena Singapura merupakan negara transhipment dan menjadi penghubung negara-negara tetangganya termasuk Indonesia
“Apakah Indonesia bakal mengalami derita sangat dalam seperti Singapura? Insya Allah tidak,” kata Faisal di blog pribadinya yang dikutip Okezone, Sabtu (18/7/2020).
Bila dibandingkan dengan Indonesia, peranan ekspor barang dan jasa jauh lebih rendah dari Singapura, hanya 18,4%. Sementara itu, peranan impor hampir sama dengan peranan ekspor, yaitu 18,9%.
“Jadi kemerosotan perdagangan luar negeri (ekspor dan impor) justru positif buat pertumbuhan ekonomi sehingga memberikan sumbangsih dalam meredam kemerosotan pertumbuhan,” ujarnya.
(Dani Jumadil Akhir)