Setelah omah lowo ini kembali pada keluarganya, Suaminya, ungkap Lina, bercita-cita ingin merenovasi bangunan ini menjadi sebuah rumah Heritage. Dan kemudian difungsikan sebagai galeri batik dan pusat kerajinan.
Diakui oleh Lina,untuk merenovasi rumah ini tak semudah dibayangkan. Dirinya harus menunggu kelelawar itu pergi. Di mana, setiap tahunnya, kelelawar ini pergi di Bulan Juni dan Juli. Dan pada bulan Juli 2017, di saat para Kelelawar ini pergi meninggalkan omah lowo, dirinya langsung memasang jaring raksasa yang menutup semua bangunan rumah.
Fungsi dari jaring raksasa itu, untuk mencegah para kelelawar ini kembali lagi ke dalam rumah yang saat itu tengah melakukan renovasi. Tak hanya berjuang untuk menghalau kembalinya kelelawar ke dalam rumah. Perjuangan berat saat merenovasi bangunan ini, selain kerusakan parah dinding di gedung B, yaitu membersihkan kotoran pada lantai.
“Lantainya kotor sekali dengan kotoran kelelawar. Seluruh lantai di bangunan ini tertutup oleh kotoran kelelawar. Lantainya kami poles sampai enam kali saking kotornya. Saat polesan ketiga, kami belum ketemu lantainya, baru polesan keenam terlihat ubinnya (Lantai), ternyata motifnya bagus sekali. Terus selain kotoran kelelawar, Atap jebol, ya sudah kami buka sekalian,”papar Lina mengutarakan kesulitan saat merenovasi bangunan ini.
Karena masuk ke dalam Benda Cagar Budaya, dirinya menggandeng banyak pihak. Mulai dari arsitek hingga sejarawan semuanya digandeng. Tujuannya agar tidak ada satupun benda cagar budaya yang tak sengaja terusak. Setelah hampir 2,5 tahun direnovasi, akhirnya, Omah Lowo yang disebut Lina sebagai benang merah perjalanan Batik yang didirikan bersama mendiang suaminya itu pun selesai.