JAKARTA - World Wildlife Fund (WWF) mengkritik sistem pangan yang terlalu berorientasi pada kebutuhan industri. Pasalnya, sistem pangan seperti ini memiliki dampak destruktif terhadap lingkungan alam.
Deputy Director For Social Development WWF Indonesia Cristina Egenther mengatakan, perlu diterapkan kampanye Pangan Bijak Nusantara untuk mengkonservasi alam dan keberagaman pangan.
Baca Juga: FAO dan MNC Trijaya Gelar 'Food Heroes Day' di Tengah Pandemi
"Perlu diterapkan Pangan Bijak Nusantara untuk mendorong transformasi sistem pangan menuju pangan lokal, sehat, adil, dan lestari bagi produsen dan konsumen di Indonesia," ujar Cristina dalam virtual talkshow WWF di Jakarta, Sabtu (31/10/2020).
Selama ini, sistem pangan industri sering kali mengkonversi alam untuk memenuhi tuntutan industri. Untuk produknya pun, sering kali diterapkan mono-cropping dan juga menggunakan genetically modified organism (GMO).
"Dalam prosesnya pun menggunakan input bahan kimia, juga tingkat produksinya lebih tinggi dalam jangka pendek," tambahnya.
Padahal, berdasarkan studi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), jika sistem pangan ini diterapkan terus menerus, kesuburan tanah hanya tersisa untuk 60 tahun.
"Dengan menerapkan sistem pangan yang lebih tradisional dan bersifat agro-ekologi, alam menjadi bagian sistem pangan. Hal itu akan mendorong keanekaragaman sumber pangan dan tanaman, serta benih lokal dengan potensi gizi yang baik," jelas Cristina.