JAKARTA - Surplus neraca dagang cenderung menurun dibanding bulan sebelumnya. Hal ini karena terjadi kenaikan ekspor yang disumbang oleh penjualan minyak dan gas (migas).
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca dagang Indonesia pada November 2020 surplus USD2,62 miliar. Angka itu berasal dari selisih nilai ekspor Indonesia USD15,28 miliar dan impor USD12,66 miliar.
Baca juga: Neraca Dagang Surplus USD2,62 Miliar, Aliran Modal Asing ke Indonesia Semakin Deras
"Harga minyak mentah memang cenderung menguat sepanjang bulan november lalu. Itu yang membuat kinerja ekspor migas naik 27,4% dibanding bulan sebelumnya," ujar Ekonom Indef Bhima Yudistira kepada MNC Portal, Jakarta, Selasa (15/12/2020).
Sementara itu, lanjutnya, ekspor nonmigas juga positif. Hal ini karena adanya pemulihan permintaan di negara utama seperti China naik 16%, Jepang 11,6%, dan India 10%.
Baca juga: Neraca Perdagangan RI Surplus USD2,62 Miliar, 7 Kali Berturut-turut!
"Sementara ekspor ke AS masih terkontraksi sebesar -1,88%," kata Bhima.
Dari kinerja impor tumbuh cukup tinggi yakni 17,4% dibanding Oktober, kondisi ini yang menyebabkan surplus perdagangan menurun. Adanya kenaikan impor barang modal sebesar 31,5% mengindikasikan proyek-proyek yang dikerjakan BUMN bidang konstruksi kembali digenjot.
"Salah satunya untuk pembelian mesin-mesin. Sementara impor bahan baku naik 13% bukti industri manufaktur kembali bergairah," katanya.
Tapi perlu dicermati adanya kenaikan impor barang konsumsi sebesar 25,5% berkorelasi dengan persiapan pedagang menyambut Harbolnas. Jelang diskon besar-besaran di ecommerce, barang impor ikut menanjak.
"Ini akibatnya ke surplus perdagangan tapi tidak semua berkualitas alias tidak banyak membantu penguatan kurs rupiah. Kedepan tren impor barang konsumsi bisa naik tinggi jika pengawasan di ecommerce lemah terhadap porsi barang impor," katanya.
(Fakhri Rezy)