JAKARTA – Jumlah penumpang PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI mengalami penurunan drastis. Penurunan jumlah penumpang terjadi imbas dari pandemi Covid-19 dan Pembatasan massa guna menghindari penularan virus, khususnya di angkutan umum.
Direktur Utama KAI Didiek Prasetyo menyebut, penurunan volume penumpang mencapai 60% hingga 70%. Penurunan signifikan terjadi saat pemerintah menetapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Baca Juga: Syarat Naik KA Jarak Jauh, Wajib Tunjukkan Hasil Tes PCR
Adapun rinciannya saat masa PSBB ketat diberlakukan yakni awal April 2020 penurunan volume penumpang terjadi sangat signifikan. Sementara pada bulan Mei-Juni di tahun lalu, KAI mencatat volume penumpang hanya 200.000- 400.000.
Menurut Didiek, PSBB membuat kereta hanya boleh diisi dengan kapasitas 35 hingga 40% dari keadaan normal. Padahal, sebelum pandemi Covid-19, di periode Januari-Maret tercatat volume penumpang KRL sebanyak 1 juta hingga 1,1 juta.
Sementara pemberlakuan PSBB transisi sejak Juni 2020 lalu, KAI juga mencatat rata-rata volume penumpang hanya 200.000-400.000 per bulannya.
"Sekarang ini agak mengalami penurunan sedikit tetapi masih dikisaran 300 ribu sampai 400 di awal 2021," katanya dalam webinar bertajuk 'Hadirnya KRL Yogya-Solo', dikutip Rabu (20/1/2021).
Tak hanya terjadi di Jabodetabek, penurunan volume penumpang juga terjadi pada Kereta Api Prambanan Ekspres (Prameks) jurusan Yogyakarta-Solo. Kata Didiek, sejak Januari tahun lalu atau sebelum pandemi melanda, KCI mengantar sebanyak 315.484 penumpang. Lalu, terjadi penurunan pada awal pandemi yakni Maret menjadi 202.910.
Kemudian, pada saat kebijakan belajar dan bekerja dari rumah diterapkan, pihaknya mencatat penurunan tajam menjadi 33.168 penumpang saja. Pada titik terendahnya yakni Mei, KCI hanya mampu menjual 22.549 karcis saja.
Saat ini, manajemen sudah berangsur mengalami pemulihan, namun angka masih jauh dari normal. Misalnya periode Juni-September 2020, penumpang per bulan hanya sebanyak 54.000-120. 000.
Sementara pada akhir tahun lalu atau periode Oktober-Desember, okupansi hanya sekitar 40% dari normal yakni sebesar 140.000 penumpang per bulan. Padahal, Prameks dalam kondisi normal bisa mengangkut 5 juta orang dalam satu tahun.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)