JAKARTA – Neraca perdagangan Indonesia di Bulan Februari 2021 dikabarkan surplus sebesar USD2,01 miliar. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat rincian nilai ekspor sebesar USD15,27 miliar dan nilai impor USD13,26 miliar.
Terkait surplusnya neraca perdagangan Indonesia bulan Februari 2021 tersebut, Okezone telah merangkum beberapa faktanya, Sabtu (20/3/2021).
Baca juga: Ekspor-Impor Turun, Sri Mulyani: Kita Perlu Membenahi Diri
1. Lebih besar dari bulan Januari 2021
Surplus neraca perdagangan di bulan Februari 2021 lebih baik dari bulan sebelumnya yang sebesar USD1,96 miliar. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan catatan neraca dagang Indonesia pada dua bulan pertama 2021 cukup menggembirakan melihat nilai ekspor dan impornya yang masing-masing mencatatkan kenaikan.
"Impor pada bulan lalu tercatat sebesar USD13,34 miliar atau turun 7,59% mom dan secara tahunan turun 6,49% yoy," tandasnya.
Baca juga: Neraca Perdagangan Diproyeksi Defisit Lagi pada Pertengahan Tahun
2. Surplus karena penurunan impor dan aktivitas manufaktur
Ekonom Josua Pardede mengatakan pelebaran neraca dagang pada Februari 2021 diperkirakan cenderung akibat penurunan pertumbuhan impor secara bulanan. Penurunan impor secara bulanan disebabkan oleh menurunnya aktivitas manufaktur Indonesia, terindikasi dari penurunan PMI Indonesia menjadi sebesar 50,9 dari sebelumnya sebesar 52,2.
"Meskipun demikian, karena pengaruh rendahnya kinerja impor pada bulan Februari 20 lalu, laju pertumbuhan tahunan dari impor diperkirakan tercatat positif sebesar 9,97% (year on year/yoy)," kata Josua saat dihubungi di Jakarta, Senin (15/3/2021).
3. Hal ini juga dipengaruhi beberapa sektor ekspor yang tumbuh
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, neraca perdagangan surplus sangat menggembirakan dikarenakan volume sektor ekspor yang tumbuh.
"Kenaikannya ini menggembirakan karena sektor perdagangan kita ini terjadi pada perkebunan dan pertanian hingga dua digit," ujar Suhariyanto dalam video virtual, Senin (15/3/2021).
Kata dia, ekspor bulan Februari didominasi oleh industri pengolahan yang tumbuh 1,38% (mtm) didorong besi baja, kendaraan motor, logam dasar mulia dan kimia dasar organik dari hasil pertanian.