Oleh karena itu, selain dengan menemukan sumber daya dan mengembangkannya dengan optimal dengan biaya yang efisien, dukungan dari pemerintah dalam bentuk insentif baik fiskal maupun nonfiskal menjadi sangat penting.
Selain itu, penerapan teknologi untuk meningkatkan tingkat pengurasan lapangan seperti injeksi air, Enhanced Oil Recovery (EOR) dan stimulasi produksi serta pengembangan sumber Migas NonKonvensional (MNK) juga akan membantu upaya peningkatan produksi.
“IATMI juga menyoroti aspek efisiensi biaya, baik dari sisi biaya operasi untuk mempertahankan bisnis dan biaya pengembangan proyek untuk dapat meningkatkan produksi,” katanya.
Henricus Herwin Ketua Pelaksana Konferensi Internasional IATMI, mengatakan konferensi yang digagas oleh IATMI tahun ini tidak hanya menyasar aspek teknis dan regulasi, namun juga kesiapan sumber daya manusia dalam mendukung tercapainya target produksi 2030.
“Kebutuhan energi di Indonesia terus meningkat namun di saat bersamaan Indonesia juga harus menangani beragam isu lingkungan seperti mengurangi tingkat emisi karbon,” kata Herincus.
Sementara itu Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam (ESDM) Tutuka Ariadji mengatakan pemanfaatan gas alam serta pembangunan infrastruktur dan kawasan-kawasan industri di lokasi yang berdekatan dengan sumber daya gas alam akan mengoptimalkan penggunaan gas alam.
(Dani Jumadil Akhir)