Lika-liku Berbisnis di China yang Punya Segudang Tantangan

Fariza Rizky Ananda, Jurnalis
Minggu 25 April 2021 21:20 WIB
Tantangan Bisnis di China. (Foto: Okezone.com/Reuters)
Share :

JAKARTA Bisnis di China tentu bisa sangat menguntungkan bagi perusahaan mana pun. Pasalnya negara ini memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia dan memiliki pasar konsumen produktif yang sangat besar.

Namun, perusahaan asing tidak bisa begitu saja mengabaikan pasar ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut. Kelas menengahnya yang berkembang merupakan pasar konsumen yang kaya bagi banyak perusahaan.

"Bertahun-tahun yang lalu, ketika perusahaan pertama kali mulai datang ke China, bahkan jika mereka tidak menghasilkan uang selama beberapa tahun, mereka tetap bertahan karena pada akhirnya orang-orang akan memiliki banyak uang dan akan mampu membelanjakan uangnya," kata Direktur China Power Project, Bonnie Glaser, dilansir dari CNN Business, Minggu (25/4/2021).

Baca Juga: Prinsip-Prinsip Berdagang yang Baik Sesuai Petunjuk Nabi Muhammad SAW

Namun, menembus benteng bisnis di China juga berarti harus memenangkan hati pembuat kebijakan yang terkenal ketat dan memegang kendali besar atas siapa saja pihak asing yang masuk.

Banyak perusahaan telah ditutup karena penolakan dan pelanggaran aturan. Google misalnya, yang melakukan penelusuran di China dari 2006 hingga 2010 dengan hasil yang disensor, tetapi akhirnya diblokir ketika perusahaan memutuskan akan menghentikan praktik sensor.

Selain itu, kesulitan berbisnis di China juga ditambah dengan perselisihan diplomatik yang meningkat tentang hak asasi manusia (HAM). Ketegangan di Xinjiang di mana beberapa otoritas menuduh pemerintah China menindas Uighur dan kelompok minoritas lainnya melalui kerja paksa, penahanan massal, dan sterilisasi, telah menjerat banyak bisnis dan hubungan perdagangan dalam beberapa bulan terakhir.

Walaupun Beijing dengan keras membantah semua tuduhan tersebut, namun pekan lalu, kesepakatan investasi antara Uni Eropa dan Cina diragukan setelah para pejabat memperdagangkan sanksi atas Xinjiang.

Baca Juga: Kunci Sukses Promosi Ala Nabi Muhammad SAW, Menghindari Sumpah Berlebihan

Beberapa hari kemudian, H&M, Nike, Adidas, dan pengecer Barat lainnya diancam diboikot di China karena pendirian mereka terhadap dugaan penggunaan kerja paksa untuk memproduksi kapas di Xinjiang. H&M bahkan ditarik dari toko-toko e-commerce besar Cina, seperti Alibaba dan JD.com.

Masalah Xinjiang semakin mempersulit untuk menyenangkan semua pebisnis. Banyak merek global, termasuk Nike dan Adidas, menghadapi tekanan besar dari para aktivis untuk memastikan rantai pasokan mereka bebas dari ikatan dengan Xinjiang.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya