JAKARTA - Maskapai Emirates menyatakan, pemerintah UEA akan terus mendukung perusahaan penerbangan itu melewati pandemi virus corona setelah membukukan kerugian tahunan sebesar USD5,5 miliar atau setara Rp78,6 triliun (kurs Rp14.300 per USD). Kerugian ini adalah yang pertama dalam lebih dari tiga dekade.
Kerugian tahunan pertamanya dalam lebih dari tiga dekade itu, total bernilai USD5,5 miliar. Kerugian akibat krisis kesehatan global bagi Emirates terlihat jelas hasilnya pada Selasa (15 Juni). Pemerintah UEA berjanji untuk terus mendukung maskapai tersebut.
Tetapi Emirates mengatakan pemulihan tidak akan merata, dan tidak ada yang bisa memprediksi kapan krisis ini akan berakhir. Pemerintah UEA telah menyuntikkan tambahan dana USD1,1 miliar kepada maskapai itu setelah memberikan suntikan USD2 miliar tahun lalu.
Baca Juga: Emirates Group Rugi USD3,8 Miliar di Semester I-2020
Dengan tidak adanya pasar domestik untuk melindungi diri dari pembatasan dan penutupan perbatasan, seluruh operasi Emirates bergantung pada perjalanan internasional. Demikian seperti dilansir VOA Indonesia, Jakarta, Rabu (16/6/2021).
Pendapatan Emirates anjlok 66% menjadi USD8,4 miliar untuk tahun ini. Arus penumpang turun lebih dari 88% menjadi 6,6 juta. Diperkirakan butuh waktu bertahun-tahun bagi maskapai Emirates untuk pulih dari krisis ini.
Penerbangan internasional yang panjang diperkirakan akan memakan waktu paling lama untuk pulih. Tenaga kerja grup Emirates menyusut lebih dari 30 persen untuk tahun ini.
Tetapi perusahaan milik negara itu bukan satu-satunya maskapai nasional yang mendapatkan bantuan pemerintah. Lufthansa Jerman terpaksa menerima bantuan senilai USD11 miliar pada tahun 2020.
Lufthansa, Senin (14 Juni) menyusun rencana untuk memulihkan keuntungan dengan maskapainya yang lebih ramping, dengan jumlah staf dan pesawat yang lebih sedikit.
(Dani Jumadil Akhir)