Jadi 'Bom' Waktu, Evergrande Bisa Bayar Utang Rp4.000 Triliun?

Antara, Jurnalis
Rabu 22 September 2021 11:59 WIB
Krisis Evergrande (Foto: Okezone/Shutterstock)
Share :

JAKARTA - China Evergrande Group, yang pernah menjadi pengembang properti terlaris China, kian mendekati tenggat waktu penting di mana perusahaan berisiko gagal bayar pada obligasinya, tetapi pasar dunia lebih tenang karena investor dan analis mengecilkan ancaman kesulitannya menjadi "momen Lehman" negara tersebut.

Sementara kekhawatiran tentang limpahan dari keruntuhan yang berantakan mengguncang pasar pada Senin (20/9/2021), saham AS datar pada Selasa (21/9/2021). Dolar AS bertahan relatif stabil dan pasar obligasi korporasi AS juga stabil.

"Ada sedikit kekhawatiran tentang kemungkinan penularan dari kehancuran di pengembang properti China Evergrande," tulis analis di Bespoke yang berbasis di New York dalam sebuah catatan penelitian pada Selasa (21/9/2021).

Baca Juga: BNI Berencana Terbitkan Obligasi Global Rp8,5 Triliun

"Tetapi sejauh ini kekhawatiran itu tidak muncul di beberapa bagian pasar kredit yang telah berfungsi dengan baik sebagai tanda bahaya untuk krisis kredit yang lebih luas di masa lalu," sambungnya,

Ujian utama untuk Evergrande datang minggu ini, dengan perusahaan akan membayar bunga 83,5 juta dolar AS terkait dengan obligasi Maret 2022 pada Kamis (23/9/2021). Perushaan juga memiliki pembayaran 47,5 juta dolar AS lainnya yang jatuh tempo pada 29 September untuk surat utang Maret 2024.

Kedua obligasi akan gagal bayar jika Evergrande gagal melunasi bunga dalam waktu 30 hari dari tanggal pembayaran yang dijadwalkan.

Baca Juga: Obligasi Hutama Karya Kelebihan Permintaan 3,9 Kali

Evergrande melewatkan pembayaran bunga yang jatuh tempo pada Senin (20/9/2021) untuk setidaknya dua kreditur bank terbesarnya, Bloomberg melaporkan pada Selasa (21/9/2021), mengutip orang-orang yang mengetahui masalah tersebut. Pembayaran yang terlewat telah diperkirakan karena kementerian perumahan China mengatakan bahwa perusahaan tidak akan dapat membayar tepat waktu, kata Bloomberg.

Ketika investor dan pembuat kebijakan di seluruh dunia mencoba menilai potensi kejatuhan, ketua Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) AS Gary Gensler mengatakan pasar AS berada dalam posisi yang lebih baik untuk menyerap potensi kejutan global dari gagal bayar perusahaan besar daripada sebelum krisis keuangan 2007-2009.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya